RSS

STRUMA




A.           KONSEP DASAR

I.       DEFINISI

Struma adalah pembesaran tiroid menyeluruh atau sebagian (Martin Van Plante, 2002).
Apabila ada pemeriksaan kelenjar tiroid teraba suatu nodul maka pembesaran ini disebut struma nodosa. Sedangkan struma nodusa tanpa disertai tanda-tanda hipertiroidisme disebut struma nodosa non toksik (Sri Hartini KS Kariadi , 1996).
Struma nodosa non toksik adalah pembesaran kelenjar tyroid yang secara klinik teraba nodul satu atau lebih tanpa disertai tanda-tanda hypertiroidisme. (Sri Hartini, FKUI, 1987).

II.           ANATOMI KELENJAR TYROID

Kelenjar tyroid mempunyai dua lobus, struktur yang kaya vaskularisasi, lobus terletak di sebelah lateral trakea tepat dibawah laring dan dihubungkan dengan jembatan jaringan tiroid, yang disebut isthmus, yang terlentang pada permukaan anterior trakea. Secara mikroskopik, tiroid terutama terdiri atas folikel steroid, yang masing – masing menyimpan materi koloid dibagian pusatnya. Folikel memproduksi, menyimpan dan mensekresi kedua hormon utama T3 (triodotironin) dan T4 (tiroksin). Jika kelenjar secara aktif mengandung folikel yang besar, yang masing – masing mempunyai jumlah koloid yang disimpan dalam jumlah besar sel – selnya, sel – sel parafolikular mensekresi hormon kalsitonin. Hormon ini dan dua hormon lainnya mempengaruhi metabolisme kalsium. Hormon – hormon ini akan dibicarakan kemudian.



III.        ETIOLOGI

Adanya gangguan fungsional dalam pembentukan hormon tyroid merupakan faktor penyebab pembesaran kelenjar tyroid antara lain :
1.          Defisiensi iodium
Pada umumnya, penderita penyakit struma sering terdapat di daerah yang kondisi air minum dan tanahnya kurang mengandung iodium, misalnya daerah pegunungan.
2.          Kelainan metabolik kongenital yang menghambat sintesa hormon tyroid.
3.          Penghambatan sintesa hormon oleh zat kimia (seperti substansi dalam kol, lobak, kacang kedelai).
4.          Penghambatan sintesa hormon oleh obat-obatan (misalnya : thiocarbamide, sulfonylurea dan litium).

IV.  GEJALA KLINIS

-    Pasien mengeluh adanya benjolan pada leher bagian depan bawah.
-    Dapat menyebabkan penekanan pada trakea (sesak nafas) dan esofagus (disfagia).
-    Keganasan tiroid yang infiltrasi dan rekurens menyebabkan terjadinya suara parau.
-    Tidak disertai rasa nyeri kecuali bila timbul perdarahan didalam nodul.
-    Dapat mengalami stres yang berat baik emorional maupun fisik.

V.     PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSA

1.       Pemeriksaan Sidik Tiroid.
Digunakan untuk membedakan 3 bentuk nodul yaitu nodul dingin, nodul panas, nodul hangat. Dalam pemeriksaan ini tidak dapat membedakan apakah nodul itu ganas atau jinak.
2.       Pemeriksaan Ultrasonografi (USG).
Digunakan untuk membedakan antara yang padat, cair, dan beberapa bentuk kelainan, tetapi belum dapat membedakan dengan pasti apakah suatu nodul galak atau nodul jinak.
3.       Biopsi Aspirasi Jarum Halus.
Digunakan pada keadaan yang mencurigakan atau keganasan.
4.       Termografi.
Termografi adalah suatu metode pemeriksaan bedasarkan pengukuran suhu bulit  pada suatu tempat dengan pengunaan alat Dynamic thermography.
5.       Pertanda Tumor (Tumor Marker).
Pada pemeriksaan ini yang diukur adalah peninggian tiroglobulin (
Tg) serum (normal Tg serum, 1,5 – 30 ng / ml.)
6.       x-foto leher AP/lat : untuk mengetahui adanya kalsifikasi pada struma (kemungkinan keganasan tiroid), penyempitan atau pendorongan trakea oleh struma yang besar.
7.       x-foto trakea AP/lat : untuk mengetahui adanya bagian yang retrosternal, juga melihat adanya coin lession dalam paru pada keganasan tiroid.

VI.  PELAKSANAAN

1.       Strumektomi
2.       L – tiroksin selama 4 – 5 bulan.
3.       Biopsi aspirasi jarum halus.
(Sri Hartini KS Kriadi, 1996)


0 komentar:

Copyright 2009 RYRI LUMOET. All rights reserved.
Free WPThemes presented by Leather luggage, Las Vegas Travel coded by EZwpthemes.
Bloggerized by Miss Dothy | Blogger Templates