RSS

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN IBU HAMIL


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kehamilan adalah suatu krisis maturasi yang dapat menimbulkan stress, tetapi berharga karena wanita tersebut menyiapkan diri untuk memberi perawatan dan mengemban tanggung jawab yang lebih besar. Seiring persiapannya untuk menghadapi peran baru, wanita tersebut mengubah konsep dirinya supaya ia siap menjadi orang tua. Secara bertahap, ia berubah dari seseorang yang bebas dan berfokus pada diri sendiri menjadi seorang yang seumur hidup berkomitmen untuk merawat seorang individu lain. Pertumbuhan ini membutuhkan penguasaan tugas – tugas perkembangan tertentu: menerima kehamilan, mengidentifikasi peran ibu antara dirinya dan pasangannya, membangun hubungan dengan anak yang belum lahir, dan mempersiapkan diri untuk menghadapi pengalaman melahirkan (Rubin, 1967; Lederman, 1984; Stainton, 1985). Penelitian menunjukkan bahwa dukungan emosi dari pasangan merupakan faktor penting dalam mencapai keberhasilan tugas perkembangan ini (Entwistle, Doering, 1981; Mercer, 1981).
Pengalaman subyektif tentang waktu dan ruang berubah selama masa hamil karena rencana dan komitmen kini diatur oleh tanggal taksiran partus (TTP) (Rubin, 1984). Pada awal masa hamil tampaknya tidak ada yang terjadi dan keinginan untuk menghentikan hari-hari yang penuh tuntutan spesial dan aktivitas timbul supaya dapat menikmati waktu kosong tanpa beban. Banyak waktu dihabiskan dengan tidur. Dengan munculnya quickening pada trimester kedua, terjadilah reduksi waktu dan ruang, baik secara geografik maupun sosial karena wanita tersebut mengalihkan perhatiannya kedalam, yakni pada kandungannya dan pada hubungan dengan ibunya dan wanita lain yang pernah atau sedang hamil. Pada trimester ketiga terjadi perlambatan aktivitas dan waktu terasa cepat berlalu karena aktivitas wanita tersebut dibatasi (Rubin, 1984).
Kehamilan merupakan salah satu tahap perkembangan keluarga baru menikah, dengan fungsi reproduksi yang tergolong dalam pasangan usia subur (PUS) dan memungkinkan untuk terjadinya kehamilan. Kehamilan melibatkan seluruh anggota keluarga. Karena ”konsepsi merupakan awal, bukan saja bagi janin yang sedang berkembang, tetapi juga bagi keluarga, yakni dengan hadirnya seorang anggota keluarga baru dan terjadinya perubahan hubungan dalam keluarga,” maka setiap anggota keluarga harus beradaptasi terhadap kehamilan dan menginterpretasinya berdasarkan kebutuhan masing – masing (Grossman,Eichler,Winckoff,1980)

B. TUJUAN
 Tujuan Umum :
Setelah melakukan diskusi diharapkan mahasiswa mampu memahami tentang Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Ibu Hamil
 Tujuan Khusus :
Setelah melakukan diskusi diharapkan mahasiswa mampu memahami tentang:
1. Konsep Keluarga dengan Ibu Hamil meliputi:
a. Pengertian
b. Konsep perkembangan
c. Masalah yang sering terjadi
d. Tugas – tugas perkembangan
2. Proses Keperawatan keluarga :
a. Pengakajian
b. Diagnosa Keperawatan keluarga
c. Rencana tindakan
d. Tindakan keperawatan
e. Evaluasi

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN
 Bumil adalah: suatu kondisi dimana seorang perempuan mengalami kehamilan.
 Kehamilan adalah: suatu kondisi yang terjadi bila ada pertemuan dan persenyawaan antara sel telur (ovum) dan sel mani (spermatozoa).
 Kehamilan terbagi atas: trimester I (1 – 14 minggu), trimester II (14 – 28 minggu), trimester III (28 – 42 minggu)

B. KONSEP PERKEMBANGAN
Perkembangan / Perubahan Fisik
1. Perubahan pada kulit
Terjadi hiperpigmentasi yaitu kelebihan pigmen di tempat tertentu. Pada wajah, pipi, dan hidung mengalami hiperpigmentasi sehingga menyerupai topeng (topeng kehamilan atau kloasma gravidarum). Pada areola mamae dan Puting susu, daerah yang berwarna hitam di sekitar puting susu akan menghitam. Sekitar areola yang biasanya tidak berwarna akan berwarna hitam. Hal ini disebut areola mamae sekunder. Puting susu menghitam dan membesar sehingga lebih menonjol. Pada areola suprapubis, terdapat garis hitam yang memanjang dari atas simfisis sampai pusat. Warnanya lebih hitam dibandingkan sebelumnya, muncul garis baru yang memanjang ditengah atas pusat (linea nigra). Pada perut, selain hiperpigmentasi terjadi stria gravidarum yang merupakan garis pada kulit. Terdapat 2 jenis stria gravidarum yaitu stria livida (garis berwarna biru) dan stria albikan (garis berwarna putih). Hal ini terjadi karena pengaruh melanophore stimulating hormone lobus hipofisis anterior dan pengaruh kelenjar suprarenalis.
2. Perubahan kelenjar
Kelenjar gondok membesar sehingga leher ibu berbentuk seperti leher pria. Perubahan ini tidak selalu terjadi pada wanita hamil.



3. Perubahan payudara
Perubahan ini pasti terjadi pada wanita hamil karena dengan semakin dekatnya persalinan, payudara menyiapkan diri untuk memproduksi makanan pokok untuk bayi setelah lahir. Perubahan yang terlihat pada payudara adalah:
a. Payudara membesar, tegang dan sakit
b. Vena di bawah kulit payudara membesar dan terlihat jelas
c. Hiperpigmentasi pada areola mamae dan puting susu serta muncul areola mamae sekunder
d. Kelenjar Montgomery yang terletak di dalam areola mamae membesar dan kelihatan dari luar. Kelenjar Montgomery mengeluarkan lebih banyak cairan agar puting susu selalu lembab dan lemas sehingga tidak menjadi tempat berkembang biak bakteri.
e. Payudara ibu mengeluarkan cairan apabila dipijat. Mulai kehamilan 16 minggu, cairan yang dikeluarkan jernih. Pada kehamilan 16 minggu sampai 32 minggu, warna cairan agak putih seperti air susu yang sangat encer. Dari kehamilan 32 minggu sampai anak lahir, cairan yang dikeluarkan lebih kental, berwarna kuning, dan banyak mengandung lemak. Cairan ini disebut kolostrum.
4. Perubahan perut
Semakin mendekati masa persalinan, perut semakin besar. Biasanya hingga kehamilan 4 bulan, pembesaran perut belum kelihatan. Setelah kehamilan 5 bulan, perut mulai kelihatan membesar. Saat hamil tua, perut menjadi tegang dan pusat menonjol ke luar. Timbul stria gravidarum dan hiperpigmentasi pada linea alba serta linea nigra.
5. Perubahan alat kelamin luar
Alat kelamin luar ini tampak hitam kebiruan karena adanya kongesti pada peredaran darah. Kongesti terjadi karena pembuluh darah membesar, darah yang menuju uterus sangat banyak, sesuai dengan kebutuhan uterus untuk membesarkan dan memberi makan janin. Gambaran mukosa vagina yang mengalami kongesti berwarna hitam kebiruan tersebut disebut tanda Chadwick.
6. Perubahan pada tungkai
Timbul varises pada sebelah atau kedua belah tungkai. Pada hamil tua, sering terjadi edema pada salah satu tungkai. Edema terjadi karena tekanan uterus yang membesar pada vena femoralis sebelah kanan atau kiri.
7. Perubahan pada sikap tubuh
Sikap tumbuh ibu menjadi lordosis karena perut yang membesar.
Perkembangan / Perubahan Psikologis
Menurut teori Rubin, perubahan psikologis yang terjadi pada:
Trimester I meliputi: ambivalen, takut, fantasi, dan khawatir.
Trimester II meliputi: perasaan lebih nyaman serta kebutuhan mempelajari perkembangan dan pertumbuhan janin meningkat. Kadang tampak egosentris dan berpusat pada diri sendiri.
Trimester III meliputi: memiliki perasaan aneh, sembrono, lebih introvert, dan merefleksikan pengalaman masa lalu.

C. MASALAH YANG SERING TERJADI
1. Respon terhadap perubahan citra tubuh
Perubahan fisiologis kehamilan menimbulkan perubahan bentuk tubuh yang cepat dan nyata. Selama trimester I bentuk tubuh sedikit berubah, tetapi pada trimester II pembesaran abdomen yang nyata, penebalan pinggang dan pembesaran payudara memastikan status kehamilan. Wanita merasa seluruh tubuhnya bertambah besar dan menyita ruang yang lebih luas. Perasaan ini semakin kuat seiring bertambahnya usia kehamilan. Secara bertahap terjadi kehilangan batasan – batasan fisik secara pasti, yang berfungsi memisahkan diri sendiri dari orang lain dan memberi rasa aman.
Sikap wanita terhadap tubuhnya di duga dipengaruhi oleh nilai – nilai yang diyakininya dan sifat pribadinya. Sikap ini sering berubah seiring kemajuan kehamilan. Sikap positif terhadap tubuh biasanya terlihat selama trimester I. Namun, seiring kemajuan kehamilan, perasaan tersebut menjadi lebih negatif. Pada kebanyakan wanita perasaan suka atau tidak suka terhadap tubuh mereka dalam keadaan hamil bersifat sementara dan tidak menyebabkan perubahan persepsi yang permanen tentang diri mereka.
2. Ambivalensi selama masa hamil
Ambivalensi didefinisikan sebagai konflik perasaan yang simultan, seperti cinta dan benci terhadap seseorang, sesuatu, atau suatu keadaan. Ambivalensi adalah respon normal yang dialami individu yang mempersiapkan diri untuk suatu peran baru. Kebanyakan wanita memiliki sedikit perasaan ambivalen selama hamil.
Bahkan wanita yang bahagia dengan kehamilannya, dari waktu ke waktu dapat memiliki sikap bermusuhan terhadap kehamilan atau janin. Pernyataan pasangan tentang kecantikan seorang wanita yang tidak hamil atau peristiwa promosi seorang kolega ketika keputusan untuk memiliki seorang anak berarti melepaskan pekerjaan dapat meningkatkan rasa ambivalen. Sensasi tubuh, perasaan bergantung, dan kenyataan tanggung jawab dalam merawat anak dapat memicu perasaan tersebut.
Perasaan ambivalen berat yang menetap sampai trimester III dapat mengindikasikan bahwa konflik peran sebagai ibu belum diatasi (Lederman, 1984). Setelah kelahiran seorang bayi yang sehat, kenangan akan perasaan ambivalen ini biasanya lenyap. Apabila bayi yang lahir cacat, seorang wanita kemungkinan akan mengingat kembali saat – saat ia tidak menginginkan anak tersebut dan merasa sangat bersalah. Tanpa penyuluhan dan dukungan yang memadai, ia dapat menjadi yakin bahwa perasaan ambivalennya telah menyebabkan anaknya cacat.
3. Hubungan seksual
Ekspresi seksual selama masa hamil bersifat individual. Beberapa pasangan menyatakan puas dengan hubungan seksual mereka, sedangkan yang lain mengatakan sebaliknya. Perasaan yang berbeda – beda ini dipengaruhi oleh faktor – faktor fisik, emosi, dan interaksi, termasuk takhayul tentang seks selama masa hamil, masalah disfungsi seksual, dan perubahan fisik pada wanita.
Dengan berlanjutnya kehamilan, perubahan bentuk tubuh, citra tubuh, dan rasa tidak nyaman mempengaruhi keinginan kedua belah pihak untuk menyatakan seksualitas mereka. Selama trimester I seringkali keinginan seksual wanita menurun, terutama jika ia merasa mual, letih, dan mengantuk. Saat memasuki trimester II kombinasi antara perasaan sejahteranya dan kongesti pelvis yang meningkat dapat sangat meningkatkan keinginannya untuk melampiaskan seksualitasnya. Pada trimester III peningkatan keluhan somatik (tubuh) dan ukuran tubuh dapat menyebabkan kenikmatan dan rasa tertarik terhadap seks menurun (Rynerson, Lowdermilk, 1993)
Pasangan tersebut perlu merasa bebas untuk membahas hubungan seksual mereka selama masa hamil. Kepekaan individu yang satu terhadap yang lain dan keinginan untuk berbagi masalah dapat menguatkan hubungan seksual mereka. Komunikasi antara pasangan merupakan hal yang penting. Pasangan yang tidak memahami perubahan fisiologis dan emosi, yang terjadi dengan cepat selama masa hamil, dapat menjadi bingung saat melihat perilaku pasangannya. Dengan membicarakan perubahan – perubahan yang mereka alami, pasangan dapat mendefinisikan masalah mereka dan menawarkan dukungan yang diperlukan. Perawat dapat memperlancar komunikasi antar pasangan dengan berbicara kepada pasangan tentang perubahan perasaan dan perilaku yang mungkin dialami wanita selama masa hamil (Rynerson, Lowdermilk, 1993)
4. Kekhawatiran tentang janin
Kekhawatiran orang tua terhadap kesehatan anak berbeda – beda selama masa hamil (Gaffney, 1988). Kekhawatiran pertama timbul pada trimester I dan berkaitan dengan kemungkinan terjadinya keguguran. Banyak wanita yang sengaja tidak mau memberitahukan kehamilannya kepada orang lain sampai periode ini berlalu. Ketika janin menjadi semakin jelas, yang terlihat dengan adanya gerakan dan denyut jantung, Kecemasan orang tua yang terutama ialah kemungkinan cacat pada anaknya. Orang tua mungkin akan membicarakan rasa cemasnya ini secara terbuka dan berusaha untuk memperoleh kepastian bahwa anaknya dalam keadaan sempurna. Pada tahap lanjut kehamilan, rasa takut bahwa anaknya dapat meninggal semakin melemah. Kemungkinan kematian ini terbukti semakin tidak dipikirkan orang tua.

D. TUGAS PERKEMBANGAN
1. Menerima Kehamilan
Langkah pertama dalam beradaptasi terhadap peran ibu ialah menerima ide kehamilan dan mengasimilasi status hamil ke dalam gaya hidup wanita tersebut (Lederman, 1984). Tingkat penerimaan dicerminkan dalam kesiapan wanita dan respons emosionalnya dalam menerima kehamilan.
Kesiapan menyambut kehamilan
Ketersediaan keluarga berencana mengandung makna bahwa kehamilan bagi banyak wanita merupakan suatu komitmen tanggung jawab bersama pasangan. Namun, merencanakan suatu kehamilan tidak selalu berarti menerima kehamilan (Entwistle, Doering, 1981).Wanita lain memandang kehamilan sebagai suatu hasil alami hubungan perkawinan, baik diinginkan maupun tidak diinginkan, bergantung pada keadaan.
Wanita yang siap menerima suatu kehamilan akan dipicu gejala - gejala awal untuk mencari validasi medis tentang kehamilannya. Beberapa wanita yang memiliki perasaan kuat, seperti “tidak sekarang,” bukan saya,” dan “ tidak yakin,” mungkin menunda mencari pengawasan dan perawatan (Rubin, 1970). Namun , beberapa wanita menunda validasi medis karena akses keperawatan terbatas, merasa malu, atau alasan budaya. Untuk orang lain, kehamilan dipandang sebagai suatu peristiwa alami, sehingga tidak perlu mencari validasi medis dini.
Setelah kehamilan dipastikan respon emosi wanita dapat bervariasi, dari perasaan sangat gembira sampai syok, tidak yakin, dan putus asa. Reaksi yang diperlihatkan banyak wanita ialah respon” suatu hari nanti, tetapi tidak sekarang.”
Wanita lain dengan sederhana menerima kehamilan sebagai kehendak alam. Banyak wanita mula- mula terkejut ketika mendapatkan diri mereka hamil. Namun, seiring meningkatnya penerimaan terhadap kehadiran seorang anak, akhirnya mereka menerima kehamilan. Tidak menerima kehamilan tidak dapat disamakan dengan menolak anak. Seorang wanita mungkin tidak menyukai kenyataan dirinya hamil, tetapi agar anak itu dilahirkan.
Respon Emosional
Wanita yang bahagia dan senang dengan kehamilannya sering memandang hal tersebut sebagai pemenuhan biologis dan merupakan bagian dari rencana hidupnya. Mereka memiliki harga diri yang tinggi dan cenderung percaya diri akan hasil akhir untuk dirinya sendiri, untuk bayinya, dan untuk anggota keluarga yang lain. Meskipun secara umum keadaan mereka baik, namun kelabilan emosional yang terlihat pada perubahan mood yang cepat untuk dijumpai pada wanita hamil.
Perubahan mood yang cepat dan peningkatan sensitifitas terhadap orang lain ini membingungkan calon ibu dan orang- orang di sekelilingnya. Peningkatan iritabilitas, uraian air mata dan kemarahan serta perasaan suka cita, serta kegembiraan yang luar biasa muncul silih berganti hanya karena suatu provokasi kecil atau tanpa provokasi sama sekali.
Perubahan hormonal yang merupakan bagian dari respon ibu terhadap kehamilan, dapat menjadi penyebab perubahan mood, hampir sama seperti saat akan menstruasi atau selama menopause. Alasan lain, seperti masalah seksual atau rasa takut terhadap nyeri selama melahirkan, juga dijadikan penjelasan timbulnya perilaku yang tidak menentu ini.
Seiring kemajuan kehamilan, wanita lebih menjadi terbuka tentang terhadap diri sendiri dan orang lain. Ia bersedia membicarakan hal- hal yang tidak pernah dibahas atau yang dibahas hanya dalam keluarga dan tampak yakin bahwa pikiran- pikirannya dan gejala - gejala yang dialaminya akan menarik untuk si pendengar yang dianggapnya protektif. Keterbukaan ini, disertai kesiapan untuk belajar, meningkatkan kesempatan untuk bekerja sama dengan wanita hamil dan meningkatkan kemungkinan diselenggarakannya perawatan yang efektif dan terapeutik untuk mendukung kehamilan.
Apabila anak tersebut diingingkan, rasa tidak nyaman yang timbul akibat kehamilan cenderung dianggap sebagai suatu iritasi dan upaya dilakukan untuk meredakan rasa nyaman tersebut biasanya membawa keberhasilan. Rasa senang yang timbul karena memikirkan anak yang akan lahir dan perasaan dekat dengan anak membantu menyesuaikan diri terhadap rasa tidak nyaman ini.
Pada beberapa keadaan wanita yang biasanya mengeluhkan ketidak nyamanan fisik dapat mencari bantuan untuk mengatasi konflik peran ibu dan tanggung jawabnya. Pengkajian lebih lanjut tentang toleransi dan kemampuan koping perlu dilakukan (Lederman, 1984)
2. Mengenal peran ibu
Proses mengidentifikasi peran ibu dimulai pada awal setiap kehidupan seorang wanita, yakni melalui memori - memori ketika ia, sebagai seorang anak, diasuh oleh ibunya. Persepsi kelompok sosialnya mengenai peran feminim juga membuatnya condong memilih peran sebagai ibu atau wanita karir, menikah atau tidak menikah, dan mandiri dari pada interdependen. Peran - peran batu loncatan, seperti bermain dengan boneka, menjaga bayi, dan merawat adik - adik, dapat meningkatkan pemahaman tentang arti menjadi seorang ibu.
Banyak wanita selalu menginginkan seorang bayi, menyukai anak - anak, dan menanti untuk menjadi seorang ibu. Mereka sangat dimotivasi untuk menjadi orang tua. Hal ini mempengaruhi penerimaan mereka terhadap kehamilan dan akhirnya terhadap adaptasi prenatal dan adaptasi menjadi orang tua (Grossman, Eichler, Winckooff,1980 ;Lederman, 1984). Wanita yang lain tidak mempertimbangkan dengan terinci arti menjadi seorang ibu bagi diri mereka sendiri. Konflik selama masa hamil, seperti tidak menginginkan kehamilan dan keputusan - keputusan yang berkaitan denga karir dan anak harus diselesaikan.
3. Hubungan Ibu - Anak
Ikatan emosional dengan anak mulai timbul pada periode prenatal, yakni ketika wanita mulai membayangkan dan melamunkan dirinya menjadi ibu (Rubin, 1975; Gaffney, 1988a). Mereka mulai berpikir seakan - akan dirinya adalah seorang ibu dan membayangkan kualitas ibu seperti apa yang mereka miliki. Orang tua yang sedang menantikan bayi berkeinginan untuk menjadi orang tua yang hangat, penuh cinta, dan dekat dengan anaknya. Mereka mencoba untuk mengantisipasi perubahan - perubahan yang mungkin terjadi pada kehidupannya akibat kehadiran sang anak dan membayangkan apakah mereka bisa tahan terhadap kebisingan, kekacauan, kurangnya kebebasan, dan bentuk perawatan yang harus mereka berikan. Mereka mempertanyakan kemampuan mereka untuk membagi kasih mereka kepada anak yang belum dilahirkan ini. Rubin (1967) menemukan bahwa wanita “ menerapkan “dan menguji perannya sebagai ibu dengan mengambil contoh ibunya sendiri atau wanita lain pengganti ibu yang memberi pelayanan, dukungan, atau berperan sebagai sumber informasi dan pengalaman.
Hubungan ibu - anak terus berlangsung sepanjang masa hamil sebagai suatu proses perkembangan(Rubin, 1975)
Persiapan melahirkan
Banyak wanita khususnya Nulipara, secara aktif mempersiapkan diri untuk menghadapi persalinan. Mereka membaca buku, menghadiri kelas untuk orang tua, dan berkomunikasi dengan wanita lain (ibu, saudara perempuan, teman, orang yang tidak dikenal).Mereka akan mencari orang terbaik untuk memberi nasihat, arahan, dan perawatan (Patterson, Freese, Goldenberg, 1990). Rasa cemas dapat timbul akibat kekhawatiran akan proses kelahiran yang aman untuk dirinya dan anaknya (Rubin, 1975).
4. Hubungan dengan Pasangan
Orang yang paling penting bagi seorang wanita hamil biasanya ialah ayah sang anak (Richardson,1983). Semakin banyak bukti menunjukkan bahwa wanita yang diperhatikan dan dikasihi oleh pasangan prianya selama hamil akan menunjukkan lebih sedikit gejala emosi dan fisik, lebih sedikit komplikasi persalinan, dan lebih mudah melakukan penyesuaian selama masa nifas (Grossman,Eichler,Winckoff,1980; May,1982). Ada 2 kebutuhan utama yang ditunjukkan wanita selama ia hamil (Richardson,1983). Kebutuhan pertama ialah menerima tanda – tanda bahwa ia dicintai dan dihargai. Kebutuhan kedua ialah merasa yakin akan penerimaan pasangannya terhadap sang anak dan mengasimilasi bayi tersebut ke dalam kelurga. Rubin (1975) menyatakan bahwa wanita hamil harus “memastikan tersedianya akomodasi sosial dan fisik dalam keluarga dan rumah tangga untuk anggota baru tersebut.”
Hubungan pernikahan tidak tetap, tetapi berubah dari waktu ke waktu. Bertambahnya seorang anak akan mengubah sifat ikatan pasangan untuk selama – lamanya. Lederman (1984) melaporkan bahwa hubungan istri dan suami bertambah dekat selama masa hamil. Dalam studinya, ia mengatakan bahwa kehamilan berdampak mematangkan hubungan suami – istri akibat peran dan aspek – aspek baru yang ditemukan dalam diri masing – masing pasangan.
5. Kesiapan untuk melahirkan
Menjelang akhir trimester III, wanita akan mengalami kesulitan napas dan gerakan janin menjadi cukup kuat sehingga mengganggu tidur ibu. Nyeri pinggang, sering berkemih, keinginan untuk berkemih, konstipasi, dan timbulnya varies dapat sangat mengganggu. Ukuran tubuh yang besar dan rasa canggung mengganggu kemampuannya melakukan pekerjaan rumah tangga rutin, dan mengambil posisi yang nyaman untuk tidur dan istirahat.
Pada saat ini kebanyakan wanita akan tidak sabar untuk menjalani persalinan, apakah disertai rasa suka cita, rasa takut, atau campuran keduanya. Keinginan yang kuat untuk melihat hasil akhir kehamilannya dan untuk segera menyelesaikannya membuat wanita siap masuk ke tahap persalinan.

BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
PRIORITAS MASALAH
Berdasarkan skoring maka prioritas masalah adalah:
1. Perubahan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan gaya hidup yang tidak sehat (merokok)
2. Resiko cedera berhubungan dengan kurangnya kesadaran terhadap bahaya lingkungan

RENCANA KEPERAWATAN KELUARGA

No Diagnosa
Keperawatan Tujuan Kriteria
Hasil Intervensi

2. Perubahan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan gaya hidup yang tidak sehat

Resiko cedera berhubungan dengan kurangnya kesadaran terhadap bahaya lingkungan

 Jangka panjang
Keluarga akan dapat meningkatkan pemeliharaan kesehatan dengan merubah gaya hidup yang tidak sehat dengan mengoptimalkan sumber-sumber daya yang dimiliki
 Jangka pendek
1. Keluarga akan dapat menguraikan tentang gaya hidup yang tidak sehat setelah diberikan penjelasan
2. Keluarga akan dapat menyebutkan tentang dampak dari gaya hidup yang tidak sehat setelah diberikan penjelasan
3. Keluarga akan dapat mengidentifikasi sumber-sumber yang dapat dimanfaatkan untuk perubahan pemeliharaan kesehatan setelah diberikan penjelasan
4. Keluarga menyatakan kesanggupan untuk merubah pemeliharaan kesehatan setelah diberikan penjelasan

 Jangka panjang
Keluarga akan dapat melakukan pencegahan terhadap akibat yang akan timbul dari bahaya lingkungan yang ada
 Jangka pendek
1. Keluarga akan dapat menyebutkan resiko dan bahaya lingkungan yang ada setelah diberikan penjelasan
2. Keluarga akan dapat menjelaskan pencegahan-pencegahan yang dapat dilakukan setelah diberikan penjelasan

1. Keluarga dapat menyebutkan kembali
- Pengertian dengan singkat
- 3 dampak dari gaya hidup yang tidak sehat
2. Keluarga menyebutkan sumber-sumber dalam keluarga yang dapat dimanfaatkan untuk perubahan pemeliharaan kesehatan
3. Keluarga menyatakan sanggup untuk merubah pemeliharaan kesehatan (kebiasaan merokok)

1. Keluarga dapat menyebutkan kembali dengan benar resiko dari bahaya lingkungan
2. Keluarga dapat menyebutkan kembali dengan benar pencegahan akibat bahaya lingkungan
3. Keluarga bersedia untuk menjaga lingkungan dalam keluarga yang kondusif
1. Tingkatkan pemahaman keluarga tentang perilaku atau kebiasaan yang tidak sehat :
- Intervensi aspek-aspek negatif dari kebiasaan yang tidak sehat
- Intervensi aspek-aspek positif dari kebiasaan yang tidak sehat (meliputi aspek fisik, lingkungan, sosial, finansial, dan psikologi)
2. Berikan informasi tentang resiko-resiko yang akan timbul dari kebiasaan yang tidak sehat
a. Resiko terhadap yang bersangkutan
b. Resiko terhadap orang lain
c. Keuntungan merubah perilaku tidak sehat
3. Diskusikan bersama keluarga strategi-strategi yang dapat digunakan untuk merubah kebiasaan yang tidak sehat
4. Berikan dukungan dan dorongan pada keluarga untuk mencapai keberhasilan
5. Bantu klien untuk mengupayakan lingkungan yang dapat mendukung perubahan kebiasaan yang tidak sehat

6. Berikan penyuluhan kesehatan
7. Bantu keluarga mengidentifikasi sumber-sumber dalam keluarga yang dapat dimanfaatkan untuk perubahan pemeliharaan kesehatan

Memberikan penjelasan tentang tingkat pencegahan yang dapat dilakukan :
1. Pencegahan primer
a. Bantu keluarga untuk mampu merasakan “kerentanan” terhadap bahaya lingkungan
b. Anjurkan keluarga untuk meningkatkan tanggung jawab diri keluarga dalam mencegahan stressor dan meningkatkan kesehatan dan keselamatan lingkungan
c. Beri penjelasan tentang cara mencegah resiko :
- Memberikan penjelasan tentang bahaya merokok terhadap BUMIL dan janin
- Menganjurkan suami dan ayah untuk tidak merokok disekitar istri yang sedang hamil
- Menganjurkan keluarga untuk menyediakan tempat untuk pembuangan abu rokok
2. Pencegahan skunder
Mengajarkan keluarga tentang cara mendeteksi secara dini masalah-masalah akibat lingkungan yang tidak sehat
3. Pencegahan tersier
- Menjaga kebersihan lantai rumah dan kamar mandi agar tidak licin
- Memasang penerangan yang memadai
Menganjurkan BUMIL agar berhati-hati dalam melakukan aktivitas


BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Bumil adalah: suatu kondisi dimana seorang perempuan mengalami kehamilan.
 Kehamilan adalah: suatu kondisi yang terjadi bila ada pertemuan dan persenyawaan antara sel telur (ovum) dan sel mani (spermatozoa).
 Konsep perkembangan
a. Perubahan / perkembangan fisik.
b. Perubahan / perkembanagn psikologis
 Masalah yang sering terjadi :
 Respon terhadap perubahan citra tubuh
 Ambivalensi selama masa hamil
 Hubungan seksual
 Kekhawatiran tentang janin
 Tugas perkembangan keluarga pada ibu hamil
 Menerima Kehamilan
 Mengenal peran ibu
 Hubungan Ibu - Anak
 Hubungan dengan Pasangan
 Kesiapan untuk melahirkan

B. SARAN
Setelah membaca makalah ini diharapkan pembaca bisa memahami tentang konsep dasar keluarga khususnya pada ibu hamil, yang meliputi pengertian, konsep perkembangan, masalah – masalah perkembangan dan tugas – tugas perkembangan. Dan bisa mengaplikasikan Asuhan keperawatan keluarga dengan ibu hamil secara optimal.


DAFTAR PUSTAKA

Bobak,lowdermik,Jensen.2004.Buku Ajar Keperawatan Maternitas.Jakarta:EGC
Carpenito-Moyet,Lynda Juall.2006.Buku Saku Diagnosis Keperawatan.Jakarta:EGC
Friedman,Marilyn M.1998.Keperawatan Keluarga:Teori Dan Praktek.Jakarta:EGC
Hariyanto,tanto;Imam subekti;Joko wiyono.2005.Asuhan Keperawatan Keluarga:Konsep Dan Proses.Malang:Buntara Media
Potter,Patricia A.2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, Dan Praktek.Jakarta:EGC
Rohmah,Nikmatur dan Saiful walid.2009.Proses Keperawatan:Teori dan Aplikasi.Jakarta:Ar-Ruzz Media
Saminem,hajjah.2008.Kehamilan Normal.Jakarta:EGC

KESEHATAN GIGI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rajin menyikat gigi ternyata tidak menjamin kita bebas dari karang gigi atau calculus. Anatomi gigi , jaringan penyangga gigi dan lingkungan dalam mulut sangat mempengaruhi terbentuknya karang gigi.
Perkembangan gigi manusia dimulai sejak fetus. Nutrisi yang baik dan sehat saat masa kehamilan sangat penting bagi perkembangan gigi. Ibu hamil juga harus berhati-hati bahkan menghindari beberapa hal yang berpengaruh negatif pada perkembangan gigi fetus misalnya obat tetrasiklin .
Gigi merupakan salah satu anggota tubuh yang bisa mempengaruhi kesehatan di bagian tubuh yang lain, hakikatnya gangguan pada gigi juga bisa mempengaruhi kesehatan anggota tubuh yang lain, hal ini disebut dengan FOKAL INFEKSI, infeksi ini pencetus bakterimia, jadi hati-hatilah dan rawatlah kesehatan gigi anda selalu.



BAB II
PEMBAHASAN

Gigi adalah salah satu aksesoris dalam mulut yang mempunyai lima peranan yang sangat penting iaitu sebagai fungsi mengunyah, fungsi fonasi, fungsi estatika,fungsi kejiwaan, fungsi identifikasi (forensik). Setiap gigi terdiri daripada tiga bagian iaitu mahkota gigi ( corona dentis), leher gigi ( cervix ), akar gigi ( radix).
Gigi merupakan anggota tubuh manusia yang paling kuat, bila seseorang meninggal cukup lama maka organ yang tersisa selain rambut adalah gigi. Gigi terdiri dari. Mahkota gigi : Disebut juga enamel atau email Didalam enamel terdapat : Dentin, dentin adalah tulang gigi, terdapat saraf sensoris yang bisa menghantarkan rangsangan ke pulpa., pada (3) pulpa terdapat : Ruang pulpa yang terisi pembuluh darah , jaringan limphe dan saraf gigi. Gigi tertanam didalam ginggiva atau gusi dan tulang alveolaris atau tulang rahang Gigi permanen berjumlah 32, sedangkan gigi sulung berjumlah 10.
Pada perkembangan gigi, ada 4 tahap perkembangan gigi yang perlu diketahui:
1. Tahap pertama perkembangan gigi yaitu dimulai sejak fetus berumur 6 minggu. Saat inilah akan terbentuk substansi dasar struktur gigi
2. Kemudian, jaringan keras yang mengelilingi gigi akan terbentuk saat masa kehamilan sekitar umur 3-4 bulan
3. Setelah bayi lahir, tahap selanjutnya akan terjadi saat gigi dalam bentuk sebenarnya akan muncul pada gusi.
4. Akhirnya gigi susu / decidui akan “hilang” dan digantikan oleh gigi permanen.
Gigi bayi/gigi susu sangat bervariasi kemunculannya (erupsi) bagi masing-masing anak, umumnya dalam rentang waktu 4 bulan- 12 bulan.
Gigi rahang atas dengan jenis yang gigi yang sama biasanya akan erupsi satu atau dua bulan setelah erupsi gigi rahang bawah. Jumlah semua gigi susu adalah 20 buah. Biasanya setelah erupsi gigi yang pertama, akan diikuti erupsi gigi-gigi yang lain pada tiap bulannya. Adalah normal jika keadaan gigi gigi susu tersebut tampak renggang (tidak rapat antara gigi satu dengan yang lain).
A. Struktur Anatomi

Adapun bagian-bagian gigi:
Tooth Anatomy
1. Enamel/email gigi : Lapisan terkeras, berwarna putih, berada di bagian luar gigi yang membentuk mahkota gigi atau Jaringan keras yang mengalami kalsifikasi yang menutupi dentin dari mahkota gigi.
2. Anatomical Crown/ mahkota gigi
3. Gingiva (gums) /gusi
4. Pulp Chamber/ruang pulpa
5. Neck/leher gigi
6. Dentin
7. Alveolar Bone (jawbone) /tulang alveolar
8. Root Canal/saluran akar
9. Cementum
10. Periodontal Ligament/ligamen periodontal
Pada ujung akar gigi terdapat foramen apikal yaitu lubang yang terdapat di ujung akar gigi yang merupakan jalan masuk persyarafan dan pembuluh darah pada gigi.
B. Fisiologis Gigi
Setiap gigi mempunyai jaringan gigi yang terdiri dari:
1. Email :
• Jaringan keras yang mengalami kalsifikasi yang menutupi dentin dari mahkota gigi.
• Berasal dari jaringan ektodermal
• Berfungsi sebagai menahan daya kunyah/abrasi
• Terdiri dari zat anorganik lebih kurang 99% sebagai prismata dan zat organic lebih kurang 1 % sebagai substantia pelekat.
2. Dentin:
• Jaringan yang berasal dari mesenchym
• Merupakan jaringan ikat yang mengalami kalsifikasi dan jaringan yang terbesar dari gigi
• Terdiri dari zat anorganik lebih kurang 70% dan zat organic lebih kurang 30% pada canaliculi dentin yang didalamnya terdapat Tomes Fiber .
3. Pulpa:
• Jaringan yang berasal dari mesenchym
• Pada ronga pulpa bias ditemui saraf, pembuluh darah, pem lymphe dan jaringan ikat ( jarang)
• Fungsi : formatif ( member bentuk), nurtisi, sensoris, dan defensif
Pada ujung akar gigi terdapat foramen apikal yaitu lubang yang terdapat di ujung
akar gigi yang merupakan jalan masuk persyarafan dan pembuluh darah pada gigi. Sedangkan bagian-bagian jaringan pendukung gigi adalah sebagai berikut:
1. Ligamentum periodontal:
 Mempunyai dua fugsi yaitu sebagai:
• Sumber nutrisi ( membekalkan nutrisi kepada cementum, tulang dan gingival) dan sensori ( dipersarafi oleh serabut saraf sensori yang berfungsi untuk menghantarkan stimulus sentuhan, tekanan, dan nyeri).
• Fungsi fisikal:
 Sarung untuk melindungi pembuluh darah, serabut saraf daripada luka yang di sebabkan oleh tekanan mekanikal.
 Sebagai pelekatan gigi kepada tulang
 Mempertahankan tisu gingival
 Sebagai penyerap tekanan
2. Alveolar Processus:
 Adalah bahagian daripada mandibular dan maxilla
 Berfungsi sebagai pembentuk dan penyokong “tooth sockets’
3. Cementum:
 Jaringan tulang dimana jaringan intercellulernya alami kalsifikasi meliputi bagian akar gigi.
 Fungsi : melekatkan gigi pada periodontal
 Merupakan cellular atau acellular
C. Hal-hal yang Berhubungan dengan Kesehatan Gigi
Gigi di dalam mulut bertumpu pada jaringan penyangga gigi yaitu jaringan periodontal yang terdiri dari: gingival, ligamentum periodontal, sementum, dan tulang alveolar. Gingival, lebih dikenal dengan gusi adalah mukosa di dalam mulut yang menutupi tulang alveolar dan menyelimuti leher gigi. Secara anatomi terbagi atas:
1. Unattached gingival atau marginal gingival yang merupakan tepi akhir atau batas dari gingival yang mengelilingi gigi seperti kerah baju.
2. Attached gingival yang melekat pada tulang alveolar gigi.
3. Interdental gingival yang mengisi daerah pertemuan 2 gigi yang bersebelahan, di bawah titik kontak pertemuan antara dua gigi tersebut.
Di antara marginal gingival dan gigi terdapat ruang sempit di sekeliling gigi yang disebut sulcus gingival. Kedalaman dari sulcus gingival dibatasi oleh attached gingival yang berukuran normal rata-rata 1,8 mm.Apabila kedalaman dari sulcus gingival melebihi batas normal maka sudah dikategorikan sebagai poket periodontal yang merupakan tanda klinis dari penyakit jaringan periodontal. Plak yang berada didalam sulcus gingival ini yang sulit dijangkau dan dibersihkan dengan sikat gigi, bahkan oleh seorang dokter gigi. Plak adalah lapisan tipis,tidak berwarna yang melekat pada permukaan gigi dan terbentuk dari tiga elemen, yaitu elemen seluler yang 70-80 % adalah bakteri, elemen elektrolit dari cairan sulcus dan saliva, kemudian elemen organik dari sisa sisa makanan dalam mulut.
Plak yang berakumulasi di dalam mulut akan mengalami mineralisasi membentuk karang gigi. Karang gigi tidak secara langsung menjadi penyebab penyakit jaringan periodontal gigi, tetapi menjadi media untuk bakteri yang menimbulkan peradangan, yang memicu terjadinya penyakit periodontal. Apabila tidak segera diatasi, akan terjadi kerusakan jaringan penyangga gigi yang lebih dalam yaitu kerusakan tulang alveolar yang menyangga gigi. Gigi menjadi goyang dan berisiko pencabutan gigi. Karang gigi hanya bisa dibersihkan dengan scaling oleh dokter gigi.
Scaling adalah salah satu perawatan gigi dan mulut yang bertujuan utama untuk membersihkan karang gigi. Peralatan yang biasa dipakai pada saat melakukan scaling adalah hands instruments scaler atau manual scaler, dan ultrasonic scaler. Manual scaler mempunyai beberapa jenis yang bentuknya disesuaikan dengan anatomi gigi dan letak kalkulus di gigi.
Untuk kalkulus supragingival yaitu kalkulus yang terletak diatas marginal gingival digunakan sickle scaler, sedangkan untuk kalkulus subgingiva yang terletak di dalam sulcus dan poket gingival digunakan scaler hoe, chisel, atau files. Peralatan ultrasonic scaler merupakan satu perangkat scaler yang terdiri dari handpiece scaler dan tip scaler. Tip scaler dapat diganti sesuai dengan kebutuhan. Ujung dari tip scaler pada saat dioperasikan akan bergetar dengan frekuensi yang cepat dan halus yang akan menghancurkan karang gigi tanpa merusak permukaan gigi, karena permukaan tip scaler yang halus.Kemudian dikombinasikan dengan keluarnya air dari ujung tip yang berfungsi untuk mengirigasi, membersihkan debris dan mendinginkan area yang dibersihkan.
 Prosedur Scaling
Sebelum dilakukan scaling, biasanya akan dilakukan pemeriksaan gigi secara menyeluruh. Dokter gigi akan memeriksa keadaan pasien ekstra dan intra-oral. Secara ekstra-oral akan dilihat apakah ada pembengkakan kelenjar limfe di kepala dan leher sebagai tanda adanya penyebaran infeksi dan anamnesis. Kemudian pemeriksaan intra-oral untuk melihat keadaan dalam mulut pasien. Selain melihat keadaan giginya, dilihat juga keadaan jaringan lunak lainnya, seperti gingival, palatum dan lidah, karena beberapa penyakit sistemik memberikan gambaran yang khas dalam mulut, contohnya diabetes, herpes, dan leukemia.
Setelah semua pemeriksaan dilakukan, pasien baru akan dilakukan scaling. Biasanya prosedur scaling, mengkombinasikan antara manual dan ultrasonic scaler, dan diawali dengan ultrasonic scaler untuk membuang kalkulus yang keras dan melekat erat pada permukaan gigi. Kalkulus yang berada di dalam subgingiva juga dapat dibersihkan dengan menggunakan tip yang kecil dan tipis agar bisa masuk kedalam poket dan sulcus gingival.Manual scaler dipakai untuk membuang sisa-sisa karang gigi pada permukaan gigi yang lebih sensitif dan tidak bisa menggunakan ultrasonic scaler.Pada pasien dengan kalkulus yang dalam dan gingivitis, kontak minimal dengan gusi akan menimbulkan pendarahan dan menimbulkan rasa sakit, biasanya akan dilakukan anestesi lokal oleh dokter gigi.
Setelah scaling, dilakukan root planning dengan pemolesan atau polishing. Prosedurnya sederhana, gigi akan diolesi dengan pumice, yang berbentuk pasta tapi kasar seperti berpasir. Kemudian gigi akan di sikat dengan bur brush pada permukaan yang di-scaling untuk membuang sisa karang gigi, menghaluskan permukaan gigi dan menimbulkan sensasi segar dalam mulut pasien, sehingga mulut terasa bersih dan segar. Diharapkan dengan permukaan gigi yang halus, mempersulit terakumulasinya kembali plak dan bakteri, terbentuk perlekatan gingival baru yang lebih baik dan berkurangnya kedalaman poket gingival yang menjadi media bakteri.
Biasanya sesudah dibersihkan, gigi terasa lebih sensitif. Hal ini adalah wajar, terutama bila sebelumnya sudah mempunyai masalah gigi sensitif. Karena permukaan dentin yang terbuka, sebelumnya tertutup oleh calculus yang menghalangi gigi dari iritasi eksternal tapi setelah dibersihkan permukaan dentin terbuka kembali dan menimbulkan rasa lebih sensitive.Hal ini bisa diatasi dengan melakukan topical fluoridasi, perawatan desensitisasi oleh dokter gigi dan perawatan di rumah, menggunakan pasta gigi khusus untuk gigi sensitif. Penggunaan obat kumur yang mengandung chlorhexidine sebagai antimicrobial dan antibiotik oral juga terkadang dibutuhkan untuk beberapa kasus terutama untuk pasien berpenyakit sistemik dan pasien pasca-operasi jantung yang berisiko tinggi terinfeksi endocarditis bacterialis.
Penyakit periodontal dalam mulut seperti gingivitis dan periodontitis, berproses secara lambat, tidak menimbulkan rasa sakit, dan progresif. Sehingga tanpa kita sadari proses tersebut terjadi didalam rongga mulut. Scaling dengan rutin adalah cara yang paling efektif untuk mencegah penyakit periodontal.


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Gigi adalah salah satu aksesoris dalam mulut yang mempunyai lima peranan yang sangat penting iaitu sebagai fungsi mengunyah, fungsi fonasi, fungsi estatika,fungsi kejiwaan, fungsi identifikasi (forensik).
Struktur anatomi gigi terdiri dari : Enamel/email gigi,Anatomical Crown/ mahkota gigi, Gingiva (gums) /gusi, Pulp Chamber/ruang pulpa, Neck/leher gigi, Dentin, Alveolar Bone (jawbone) /tulang alveolar, Root Canal/saluran akar, Cementum, Periodontal Ligament/ligamen periodontal. Dari struktur tersebut, masing-masing bagian mempunyai fungsi yang berbeda-beda untuk membentuk gigi menjadi kuat dan sehat.

B. Saran
 Biasakan menggosok 3 kali sehari untuk menjaga kesehatan gigi.
 Segera priksakan gigi jika terjadi kerusakan yang serius pada gigi, karena pada gigi terdapat saraf-saraf yang langsung berhubungan dengan fungsi kerja otak.



DAFTAR PUSTAKA

Ganong & Guyton, ANATOMI & FISIOLOGI. EGC:1996.
GenAsyik, KESEHATAN GIGI. genAsyik.co.id
Wikipedia, ANATOMI GIGI.

SATUAN ACARA PENYULUHAN PENYAKIT TIFOID

SATUAN ACARA PENYULUHAN
Oleh :
RYRI LUMOET
Disusun Dalam Rangka Peningkatan Derajat Kesehatan Masyarakat

Pokok bahasan : Penyakit Tifoid
Sub pokok bahasan : Demam Tifoid
Sasaran : Masyarakat di Desa Peterongan
Target : Masyarakat di Desa Peterongan yang Beresiko Menderita Tifoid
Hari/tanggal : Selasa, 23 Juni 2009
Waktu : 10 menit
Tempat : Balai Desa Peterongan
Penyuluh : Mahasiswa S1 keperawatan

I. Latar Belakang :
Memasuki musim pancaroba, masyarakat perlu mewaspadai penyakit tipus yang merebak dalam kondisi lingkungan yang sangat buruk. Peningkatan penderita penyakit ini paling banyak terjadi saat peralihan dari musim hujan ke musim kemarau. Peningkatan penyakit tipus ini disebabkan karena faktor lingkungan yang jelek pada saat tersebut. Saat itu sumber air banyak yang kering sehingga kuman menjadi lebih pekat. Biasanya penyakit ini terjadi sepanjang tahun, namun karena perubahan lingkungan menyebabkan terjadinya peningkatan penyakit ini.
II. Tujuan Instruksional Umum :
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan, masyarakat di Desa Peterongan dapat mengantisipasi pencegahan penyakit tifoid dengan cara menjaga kebersihan lingkungan.


III. Tujuan Instruksional Khusus :
Setelah mengikuti pendidikan kesehatan selama 1 x 10 menit, diharapkan masyarakat di Desa Peterongan dapat mengetahui tentang:
1. Pengerian Penyakit Thyphoid?
2. Bagaimana Terjadinya Typoid?
3. Bagiamana mengenali tanda penyakit typhoid?
4. Bagaimana cara untuk memastikan penyakit typhoid?
5. Apai penyulit yang bisa timbul akibat typhoid?
6. Apa pertolongan yang harus dilakukan pada penderita typhoid?
7. Mengetahui cara pencegahan timbulnya typhoid?

IV. Strategi Pelaksanaan :
1. Metode : Ceramah dan diskusi
2. Media : Leaflet
3. Garis besar materi (penjelasan terlampir) :
1. Pengerian Penyakit Thyphoid?
2. Bagaimana Terjadinya Typoid?
3. Bagiamana mengenali tanda penyakit typhoid?
4. Bagaimana cara untuk memastikan penyakit typhoid?
5. Apai penyulit yang bisa timbul akibat typhoid?
6. Apa pertolongan yang harus dilakukan pada penderita typhoid?
7. Mengetahui cara pencegahan timbulnya typhoid?


V. Proses Pelaksanaan :
No Kegiatan Penyuluh Peserta Waktu
1. Pendahuluan • Salam pembuka
• Menyampaikan tujuan penyuluhan
• Apersepsi • Menjawab salam
• Menyimak
• Mendengarkan, menjawab pertanyaan 2 menit
2. Kerja • Penyampaian garis besar materi anemia
• Memberi kesempatan peserta untuk bertanya
• Menjawab pertanyaan
• Evaluasi • Mendengarkan dengan penuh perhatian
• Menanyakan hal-hal yang belum jelas
• Memperhatikan jawaban dari penceramah
• Menjawab pertanyaan 7 menit
3. Penutup • Menyimpulkan
• Salam penutup • Mendengarkan
• Menjawab salam 1 menit

VI. Setting Tempat :
Peserta penyuluhan duduk berhadapan dengan penceramah, membentuk huruf U.

VII. Pengorganisasian :
a. Pembawa acara : -
b. Pemateri : RYRI LUMOET
c. Moderator : -
d. Notulis : -
e. Fasilitator : -
f. Observer : -



VIII. Kriteria Evaluasi:
1. Masyarakat mampu menjelaskan pengertian thyphoid
2. Masyarakat mengerti bagaimana terjadinya thyphoid
3. Masyarakat mampu mengenali tanda-tanda dan memastikan penyakit thyphoid
4. Masyarakat mengetahui apa saja yang harus dilakukan pada penderita thyphoid
5. Masyarakat tahu cara-cara melakukan pencegahan terhadap thyphoid
IX. Referensi :
http://www.infokesehatan.co.id
PIOGAMA, Anda Perlu Tahu, Buletin 2008, Juli 2008 - Tifus.
Suzzane C. Smeltzer, Brenda G. Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Vol.1. Jakarta : EGC.
Soepaman, Sarwono Waspadji. 2001. Ilmu Penyakit dalam Jilid II Edisi 3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI


LAMPIRAN : MATERI
DEMAM TYPHOID

A. PENGERTIAN
Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut pada usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella thyposa.. Typhoid fever merupakan penyakit menular. Transmisi melalui air atau makanan yang tercemar.
Demam tifoid adalah penyakit sistemik yang akut yang mempunyai karakteritik demam, sakit kepala dan ketidakenakan abdomen berlangsung lebih kurang 3 minggu yang juga disertai gejala-gejala perut pembesaran limpa dan erupsi kulit.
B. PENYEBAB THYPHOID
Demam typhoid timbul akibat dari infeksi oleh bakteri golongan Salmonella yang memasuki tubuh penderita melalui saluran pencernaan. Sumber utama yang terinfeksi adalah manusia yang selalu mengeluarkan mikroorganisme penyebab penyakit,baik ketika ia sedang sakit atau sedang dalam masa penyembuhan. Salmonella typhosa masuk kedalam tubuh melalui mulut dg makanan dan air yang tercemar kemudian kuman masuk kedalam usus halus.
C. TANDA DAN GEJALA THYPHOID
• Demam
• Nyeri kepala
• Pusing
• Nyeri otot
• Anoreksia
• Mual dan muntah
• Obstipasi atau diare
• Rasa tidak enak pada perut
D. DIAGNOSA
Dalam menegakan diagnosa penyakit, perlu dilakukan beberapa pemeriksaan laboratorium diantaranya pemeriksaan darah tepi, pemeriksaan Widal dan biakan empedu.
1. Pemeriksaan darah tepi merupakan pemeriksaan sederhana yang mudah dilakukan di laboratorium sederhana untuk membuat diagnosa cepat. Akan ada gambaran jumlah darah putih yang berkurang (lekopenia), jumlah limfosis yang meningkat dan eosinofilia.
2. Pemeriksaan Widal adalah pemeriksaan darah untuk menemukan zat anti terhadap kuman tifus. Widal positif kalau titer O 1/200 atau lebih dan atau menunjukkan kenaikan progresif.
3. Diagnosa demam Tifoid pasti positif bila dilakukan biakan empedu dengan ditemukannya kuman Salmonella typhosa dalam darah waktu minggu pertama dan kemudian sering ditemukan dalam urine dan faeces.

Sampel darah yang positif dibuat untuk menegakkan diagnosa pasti. Sample urine dan faeces dua kali berturut-turut digunakan untuk menentukan bahwa penderita telah benar-benar sembuh dan bukan pembawa kuman (carrier).
E. KOMPLIKASI
Penderita tipus dapat mengalami komplikasi :
• perdarahan pada usus halus dan usus halus berlubang
• infeksi paru
• infeksi empedu
F. TREATMENT
Perawatan dan pengobatan terhadap penderita penyakit demam Tifoid atau types bertujuan menghentikan invasi kuman, memperpendek perjalanan penyakit, mencegah terjadinya komplikasi, serta mencegah agar tak kambuh kembali. Pengobatan penyakit tifus dilakukan dengan jalan mengisolasi penderita dan melakukan desinfeksi pakaian, faeces dan urine untuk mencegah penularan. Penderita harus berbaring di tempat tidur selama tiga hari hingga panas turun, kemudian baru boleh duduk, berdiri dan berjalan. Kontrol ke dokter, Puskesmas, Rumah Sakit.
G. PENCEGAHAN
• Tingkatkan kebersihan diri dan lingkungan
• Pilih makanan yang telah diolah dan disajikan dengan baik (memenuhi syarat kesehatan)
• Jamban keluarga harus cukup jauh dari sumur (harus sesuai standar pembuatan jamban yang baik)
• Imunisasi


LEAFLET :

1.Apakah Typus Itu ?

“ Penyakit Radang Usus yang disebabkan kuman typus yang penularannya lewat mulut bersama makanan dan minuman

2. Bagaimana penyakit Typhoid terjadi

Kuman terdapat dalam makanan, minuman, tangan yang kotor tertelan lalu berkembang biak di dalam usus sehingga usus menjadi radang





3. Bagiamana mengenali tanda penyakit typhoid.

Pada awal penyakit suhu tubuh (panas badan) meningkat perlahan, mencret atau sukar berak, kemudion suhu tinggi terus- menerus atau rendah pada pagi hari dan naik pada siang hari lebih dari 5 hari. Badan lemah, nafsu makan menurun, perut kembung.





4. Bagaimana cara untuk memastikan penyakit typhoid

Penentuan penyakit typhoid dengan pemeriksaan laboratorium seperti widal dan kultur darah setelah panas hari ke-5.


5. Apai penyulit yang bisa timbul akibat typhoid.

- Usus bisa bocor dan menyebabkan kematian.
- Panas tinggi sehingga kekurangan cairan





6. Apa pertolongan yang harus dilakukan pada penderita typhoid.

- Istirahat di tempat tidur
- Makan makanan yang halus, lunak dan tidak berserat
- Minum air yang cukup
- Kontrol ke dokter, Puskesmas, Rumah Sakit.


7. Mengetahui cara pencegahan timbulnya typhoid.

- Jaga kebersihan lingkungan
- Jaga kebersihan diri
- Jaga kebersihan alat-alat makan
- Jaga kebersihan makanan
- Imunisasi
Copyright 2009 RYRI LUMOET. All rights reserved.
Free WPThemes presented by Leather luggage, Las Vegas Travel coded by EZwpthemes.
Bloggerized by Miss Dothy | Blogger Templates