RSS

ASKEP PARTUS PREMATUR


ASKEP PARTUS PREMATUR
2.1 Definisi
Partus prematurus, pada haid yang teratur, persalinan preterm dapat didefinisikan sebagai persalinan yang terjadi antara usia kehamilan 20-37 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir. (ACOG,1997).
Menurut Wibowo (1997) yang mengutip pendapat dari Herron,dkk. Persalinan prematur adalah kontraksi uterus yang teratur setelah kehamilan 20 minggu dan sebelum 37 minggu, dengan interval kontraksi 5 hingga 8 menit atau kurang dan disertai satu atau lebih tanda-tanda berikut :
1. Perubahan serviks yang progresif.
2. Dilatasi serviks 2 cm atau lebih.
3. Penipisan serviks 80%
Firmansyah (2006) mengatakan partus prematur adalah kelahiran bayi pada saat masa kehamilan kurang dari 259 hari dihitung dari hari terakhir haid ibu.
Menurut Mochtar (1998) partus prematur adalah persalinan pada kehamilan 28 sampai 37 minggu, berat badan lahir 1000 sampai 2500 gram.
Partus prematur adalah persalinan paa umur kehamilan kurang dari 37 mingggu atau berat badan lahir antara 500 sampai 2499 gram. (Sastrawinata, 2003).
Sedangkan Manuaba (1998) partus prematur adalah persalinan yang terjadi dibawah umur kehamilan 37 minggu dengan perkiraan berat janin kurang dari 2500 gram.
Jadi, dapat diambil kesimpulan dari pernyataan diatas bahwa : Persalinan prematur adalah persalinan yang terjadi pada usia kehamilan ibu 20 sampai 37 minggu dengan berat badan bayi kurrang dari 2500 gram.

2.2 Etiologi
Penyebab sekitar 50% kelahiran premature tidak diketahui. Namun, sepertiga persalinan premature terjadisetelah ketuban pecah dini (PROM). Komplikasi kehamilan lain, yang berhubungan dengan persalinan premature, meliputi kehamilan multi janin,hidramnion, serviks tidak kompeten, plasenta lepas secara premature dan infeksi tertentu (seperti, polinefritis dan korioamnionitis) (Andersen, Merkatz, 1990).
Pada kebanyakan kasus, penyebab pasti partus prematurus tidak diketahui, namun menurut Rompas (2004) ada beberapa resiko yang dapat menyebabkan partus prematur, yaitu :
a. Faktor resiko mayor
Kehamilan multiple, hidramnion, anomali uterus, serviks terbuka lebih dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu, riwayat abortus pada trimester II lebih dari satu kali, riwayat persalinan prematur sebelumnya, operasi abdominal pada kehamilan preterm, riwayat operasi konisasi dan iritabilitas uterus.
b. Faktor resiko minor :
Penyakit yang disertai demam, perdarahan pervaginam setelah kehamilan 12 minggu, riwayat pielonefitis, merokok lebih dari 10 batang perhari, riwayat abortus trimester II, riwayat abortus pada trimester I lebih dari satu kali.
Menurut Manuaba (1998), faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya persalinan preterm (prematur) atau berat badan lahir rendah adalah :
1. Faktor ibu :
 Gizi saat hamil yang kurang
 Umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun
 Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat
 Penyakit menahun ibu: hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah (perokok)
 Faktor pekerja yang terlalu berat

2. Faktor kehamilan :
 Hamil dengan hidramnion
 Hamil ganda
 Perdarahan antepartum
 Komplikasi hamil: pre-eklamsia/eklamsia, ketuabn pecah dini.
3. Faktor janin:
 Cacat bawaan
 Infeksi dlam rahim.

2.3 Tanda dan Gejala
1. Sakit kram seperti menstruasi dapat membingungkan dengan sakit lingkar ligamen.
2. Sait punggung, berbeda dengan yang dalami oleh wanita hamil.
3. Tekanan atau sakit suprapubik, dapat membingungkan dengan infeksi saluran kencing.
4. Sensasi tekanan atau berat pelviks.
5. Perubahan karakter jmlah muatan vaginal (lebih tebal, lebih tipis, berair, berdarah, coklat, atau tak berwarna).
6. Diarrhea
7. Kontraksi uterus yang tidak normal (sakit atau tidak) terasa lebih sering dari pada setiap 10 menit untuk 1 jam atau lebih dan tidak sembuh dengan berbaring.
8. Pecah membran prematur
Tanda dan gejala kelainan preterm harus termasuk sebagia rutin pendidikan wanita sekitar 20-24 minggu kehamilan.


2.4 Patofisiologi
Enzim sitokinin dan prostaglandin, ruptur membran, ketuban pecah, aliran darah ke plasenta yang berkurang mengakibatkan nyeri dan intoleransi aktifitas yang menimbulkan kontraksi uterus, sehingga menyebabkan persalinan prematur.

Akibat dari persalinan prematurberdampak pada janin dan pada ibu.
 Pada janin, menyebabkan kelahira yang belum pada waktunya sehingga terjailah imaturitas jaringan pada janin. Salah satu dampaknya terjdilah maturitas paru yang menyebabkan resiko cidera pada janin.
 Sedangkan pada ibu, resiko tinggi pada kesehatan yang menyebabkan ansietas dan kurangnya informasi tentang kehamilan mengakibatkan kurangnya pengetahuan untuk merawat dan menjaga kesehatan saat kehamilan.


ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
A. Sirkulasi
Hipertensi, Edema patologis (tanda hipertensi karena kehamilan (HKK)), penyakit sebelumnya.
B. Intregitas Ego
Adanya ansietas sedang.
C. Makanan / cairan
Ketidakadekuatan atau penambahan berat badan berlebihan.
D. Nyeri / Katidaknyamanan
Kontraksi intermiten sampai regular yang jaraknya kurang dari 10 menit selama paling sedikit 30 detik dalam 30-60 menit.
E. Pernafasan
Mungkin perokok berat (7-10 rokok perhari)
F. Keamanan
Infeksi mungkin ada (misalnya infeksi saluran kemih (ISK) dan atau infeksi vagina)
G. Seksualitas
 Tulang servikal dilatasi
 Perdarahan mungkin terlihat
 Membran mungkin ruptur (KPD)
 Perdarahan trimester ketiga
 Riwayat aborsi, persalinan prematur, riwayat biopsi konus
 Uterus mungkin distensi berlebihan, karena hidramnion, makrosomia atau getasi multiple.
H. Interaksi sosial
Mungkin tergolong pada kelas sosial yang rendah.



I. Pemeriksaan diagnostik
 Ultrasonografi : Pengkajian getasi (dengan berat badan janin 500 sampai 2500 gram)
 Tes nitrazin : menentukan KPD
 Jumlah sel darah putih : Jika mengalami peningkatan, maka itu menandakan adanya infeksi amniosentesis yaitu radio lesitin terhadap sfingomielin (L/S) mendeteksi fofatidigliserol (PG) untuk maturitas paru janin, atau infeksi amniotik.
 Pemantauan elektronik : memfalidasi aktifitas uterus / status janin.

3.2 Diagnosa
1. Aktifitas inoleran berhubungan dengan hipersensitivitas otot / seluler.
2. Keracunan, resiko tinggi. Faktor resiko dapat meliputi toksik yang berhubungan dengan dosis / efek samping tokolitik.
3. Cedera resiko tinggi terhadap janin, berhubungan dengan resiko melahirkan bayi preterm.
4. Ansietas, ketakutan berhubungan dengan krisis situasional, ancaman yng dirasakan atau aktual pada diri dan janin.
5. Kurang pengetahuan mengenai persalinan preterm, kebutuhan tindakan dan prognosis berhubungan dengan kesalahan interpretasi atau kurang informasi.
6. Nyeri akut atau ketidaknyamanan berhubungan dengan kontraksi otot dan efek obat-obatan.


3.3 Intervensi
1. Diagnosa : Aktifitas inoleran berhubungan dengan hipersensitivitas otot / seluler.
Tujuan :
Menurunkan tingkat aktifitas.
Intervensi Rasional
Jelaskan alasan perlunya tirah baring, penggunaan posisi rekumben kiri/miring dan penurunan aktifitas. Tindakan ini ditujukan untuk mempertahankan janin jauh dari serviks dan meningkatkan perfusi uterus, tirah baring dapat menurunkan peka rangsang uterus.
Berikan tindakan kenyamanan seperti gosokan punggung, perubahan posisi, atau penurunan stimulus dalam ruangan (misalnya lampu redup) Menurunkan tegangan otot dan kelelahan serta meningkatkan rasa nyaman.
Kelompokkan aktivitas sebanyak mungkin, seperti pemberian obat tanda vital dan pengkajian. Meningkatkan kesempatan klien untuk beristirahat lebih lama diantara interupsi untuk tindakan berikutnya.
Berikan periode tanpa interupsi untuk istirahat/tidur. Meningkatkan istirahat, mencegah kelelahan, dan dapat meningkatkan relaksasi.
Berikan aktivitas pengalihan, seperti membaca, mendengarkan rasio dan menonton televisi atau kunjungan dengan teman yang dipilih atau keluarga. Membantu klien dalam koping dengan penurunan aktifitas .


2. Diagnosa : Keracunan, resiko tinggi. Faktor resiko dapat meliputi toksik yang berhubungan dengan dosis / efek samping tokolitik
Tujuan :
Mencegah atau meminimalkan cedera materal
 Mandiri
Intervensi Rasional
Tempatkan klien pada posisi lateral, tinggikan kepala selama pemberian infus obat IV Menurunkan iribilitas uterin, meningkatkan perfusi plasenta dan mencegah hipotensi supine.
Pantau tanda vital, auskultasi paru, perhatikan iregularitas jantung dan laporkan dispnea / sesak dada. Komplikasi, seperti edema pulmoner, disritmia jantung / takikardia, agitasi , dispnea, nyeri dada dan peningkatan pada volume plasma mungkin terjadi pada pemberian agnosis reseptor beta (ritrodin, isoxuprin) dan terbutalin sulfat, yang merangsang reseptor beta2 (khususnya pada penggunaan steroid bersama).
Tibang klien setiap hari Memeriksa potensial perubahan fungsi perkemihan / retensi cairan.
Pantau adanya mengantuk, kemerahan karena panas, depresi pernafasan dan depresi refleks tendon dalam dengan tepat. Tanda depresi neuromuskular, menandakan meningkatkan kadar MgSO4 serum.
Sediakan antidot (Kalsium glukonat untuk MgSO4 propanol untuk ritrodin atau terbulatin sulfat). Pemberian antidot mungkin perlu untuk membalik atau mengatasi efek agen tokoitik.


 Kolaborasi
Intervensi Rasional
Bantu sesuai kebutuhan dengan pemeriksaan vagina steril Untuk mengkaji status servikal. Pemerikasaan vaginal dipertahankan minimum, karena hal ini dapat menambah kepekaan uterus. Keamanan tokolitik bila serviks berdilatasi lebih dari 4 cm atau menonjol 80% tidak di dokumentasikan dan secara umum di kontraindikasikan.
Berika larutan IV atau lobus cairan sesuai indikasi. Hidrasi dapatmenurunkan aktifitas uterus. Sebelum mulai terapi obat, hidrasi meningkatkan klirens ginjal dan meminamalkan hipotensi.
Berikan nifedipine (procardia) di telan dan dikunyah dengan makan dan minum. Nifedipine dapat diganti dengan terbutalin sulfat. Nifedipin, penyekat saluran kalsium, digunakan secara percobaan bila obat lain gagal untuk menekan aktifitas uterus.
Pasang kaos kaki antiembolik dan berikan latihan rentang gerka pasif pada kaki setiap 1-2jam. Mencegah pengumpulan darah pada ekstremitas bawah, yang dapat terjadi karena relaksasi otot halus.
Pasang kateter indwellng sesuai indikasi. Haluaran urin harus dipantaudan dipertahankan bila memberikan MgSO4. Haluaran harus pada sedikitknya 30 ml/jam atau 100 ml pada periode 4 jam.
Atur untuk memindahkan klien ke fasilitas resiko tinggi atau pusat perawatan tarsier, bila aktifitas uterus menetap bersamaan dengan pemberian tokolitik. Membantu menjamin ketersediaan perawatan intensif yang tepat, yang mungkin diperlukan oleh bayi baru lahir bersamaan dengan kelahiran preterm.
3. Diagnosa : Cedera resiko tinggi terhadap janin, berhubungan dengan resiko melahirkan bayi preterm.
Tujuan :
Mempertahankan kehamilan sedikitnya sampai kondisi yang menunjukkan matutitas bayi.
Intervensi Rasional
Kaji kondisi ibu yang di kontraindikasikan terhadap terapi steroid untuk memudahkan maturitas paru janin. Pada HKK dan korioamnionitis, terapi steroid dapat memperberat hipertensi dan menutupi tanda infeksi. Steroid dapat meningkatkan glukosa darah pada pasien dengan diabetes. Obat tidak akan efektif bila tidak mampu menunda kelahiran sedikitnya 48 jam.
Kaji DJJ ; perhatikan adanya aktifitas uterus atau perubahan sevikal. Siapkan terhadap kemungkinan kelahiran preterm. Tokolitik dapat meningkatkan DJJ. Kelahiran dapat sangat cepat pada bayi kecil bila kontraksi uterus menetap tidak responsif pada tokolitik, atau bila perubahan servikal berlanjut.
Tekankan pentingnya perawatan tindak lanjut Jika janin tidak dilahirkan dalam 7 hari dari pemberian ateroid, dosis harus diulang setiap minggu.
Berikan terapi tokolitik sesuai pesanan Membantu menurunkan aktifitas smiometrial untuk mencegah / menunda kelahiran dini.


4. Diagnosa : Ansietas, ketakutan berhubungan dengan krisis situasional, ancaman yng dirasakan atau aktual pada diri dan janin.
Tujuan :
Mengungkapkan pemahaman situasi individu dan kamungkinan hasil akhir.
Intervensi Rasional
Orientasikan klien dan pasangan pada lingkungan persalinan. Membantu klien dan orang terdekat merasa mudah dan lebih nyaman pada sekitar mereka
Anjurkan penggunaan teknik relaksasi Memungkinkan klien mendapatka keuntungan maksimum dari periode istirrahat, mencegah kelelahan otot dan memperbaiki aliran darah uterus.
Anjurkan pengungkapan rasa rasa takuk dan masalah. Dapat membantu menurunkan ansietas dan merangsang identifikasi perilaku koping.
Berikan sedatif bila tindakan lain tidak berhasil Memberikan efek menenangkan dan traquiliser.

5. Diagnosa : Kurang pengetahuan mengenai persalinan preterm, kebutuhan tindakan dan prognosis berhubungan dengan kesalahan interpretasi atau kurang informasi.
Tujuan :
Mengungkapkan kesadaran tentang implikasi dan kemungkinan hasil persalinan preterm.
 Mandiri
Intervensi Rasional
Pastikan pengetahuan klien tentang persalinan preterm dan kemungkinan hasil Membuat data dasar dan mengidentifikasi kebutuhan
Berikan informasi tentang perawatan tindak lanjut bila klien pulang Klien mungkin perlu kembali untuk keteraturan pemantauan adan atau tindakan
Anjurkan klien mengosongkan kandung kemih setipa 2 jam saat terjaga. Mencegah tekanan kandung kemih penuh pada uterus yang peka.
Tinjau ulang kebutuhan cairan setiap hari, misalnya 2 sampai 3 quart (1,9 – 2,81) cairan dan menghindari kafein. Dehidrasi dap[at menimbulkan peningkatan kepekaan otot uterus.

 Kolaborasi
Intervensi Rasional
Tekankan untuk menghindari obat yang dijual bebas sementara agen tokolitik diberikan kecuali dengan izin dokter. Penggunaan bersamaan dengan obat yang dijual bebas dapat menyebabkan efek mengganggu, khususnya bila obat yang dijual bebas mempunyai efek samping serupa dengan agen tokolitik (misalnya, antihistamin atau inhaler dengan efek bronkodilatasi seperti spinefrin).

Berikan informasi tentang menggunkan tokolitik oral bersama makanan. Makanan memperbaiki toleransi terhadap obat dan penurunan efek samping

6. Diagnosa : Nyeri akut atau ketidaknyamanan berhubungan dengan kontraksi otot dan efek obat-obatan.
Tujuan :
Melaporkan ketidaknyamanan menjadi minimal dan terkontrol.
Intervensi Rasional
Percepat proses penerimaan dan lakukan tirah baring pada klien, dngan menggunakan posisi miring kekiri. Posisi miring kekiri memperbaiki aliran darah uterus dan dapt menurunkan kepekaan uterus.
Tinjau ulang teknik relaksasi Membantu menurunkan persepsi klien tentang ketidaknyamanan dan meningkatkan rasa kontrol.
Berikan analgesik sesuai indikasi Analgesik ringan menurunkan tegangan dan ketidaknyamanan otot.

3.4 Evaluasi
Klien akan menunjukkan kepatuhan terhadap batasan aktifitas yang diprogramkan, jadwal pengobatan atau keduanya. Klien tidak akan mengalami komplikasi akibat penatalaksanaan obat yang diprogramkan. Klien akan meneruskan persalinan sampai cukup bulan atau mendekati aterm. Klien akan melahirkan bayi yang sehat dan matur.

ASKEP HIPERTENSI

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Hipertensi ( Tekanan Darah Tinggi ) adalah penyakit dimana umumnya penderita tidak mengetahui dirinya mengidap penyakit hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya. Dimana tekanan darah itu sendiri adalah tekanan didalam pembuluh arteri ketika darah dipompa oleh jantung keseluruh anggota tubuh. Tekanan darah dapat dilihat dengan mengambil dua ukuran dan biasanya ditunjukkan dengan angka seperti berikut 120/180 mmHg. Angka 120 menunjukkan tekanan sistolik. Angka 80 menunjukkan tekanan ketika jantung sedang berelaksasi, disebut dengan tekanan diastolik.
Pada pemeriksaan tekanan darah akan di dapat dua angka. Dikatakan tekanan darah tinggi jika tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih atau tekanan diastolik mencapai 90 mmHg atau lebih. Dikatakan hipertensi jika didapatkan ukuran yang tinggi ( misalnya 160/90 mmHg ) sebanyak dua kali dalam tiga kali pengukuran, selama paling sedikit dua bulan.

1.2 Tujuan
 Untuk mempelajari Asuhan keperawatan Hipertensi
 Untuk mengetahui tanda, gejala dan hal-hal lain yang berhubungan dengan hipertensi

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Hipertensi adalah peningkatan abnormal pada tekanan sistolik 140 mm Hg atau lebih dan tekanan diastolic 120 mmHg (Sharon, L.Rogen, 1996).
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHG
dan tekanan darah diastolic lebih dari 90 mmHG (Luckman Sorensen,1996).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah
sistolik 140 mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolic 90 mmHg atau
lebih. (Barbara Hearrison 1997)
Dari ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa hipertensi adalah
peningkatan tekanan darah yang abnormal dengan tekanan sistolik lebih tinggi dari 140 mmHg menetap atau telkanan diastolik lebih tinggi dari 90 mmHg. Diagnosa dipastikan dengan mengukur rata-rata dua atau lebih pengukuran tekanan darah pada dua waktu yang terpisah. Patologi utama pada hipertensi adalah peningkatan tahanan vaskuler perifer pada tingkat arteriol.

2.2 Etiologi
Hipertensi adalah asimtomatik. Gejala-gejala menandakan kerusakan pada organ targeet seperti otak, ginjal, mata, dan jantung. Bila tak teratasi, hipertensi dapat menimbulkan stroke, gagal ginjal, dan kebutaan, dan gagal jantung kongestif. Hipertensi di klasifikasikan sebagai :
1. Esensial (primer/idiopatik) etiologi tak diketahui, dapat dipercepat atau maligna, namun banyak factor yang mempengaruhi seperti genetika, lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatik, system rennin angiotensin, efek dari eksresi Na, obesitas, merokok dan stress
2. Sekunder disebabkan oleh proses penyakit dasar. Dapat diakibatkan karena penyakit parenkim renal/vakuler renal. Penggunaan kontrasepsi oral yaitu pil. Gangguan endokrin dll.
Pada umunya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan perifer. Namun ada beberapa factor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:
a. Genetik: Respon nerologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau transport Na.
b. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan tekanan darah meningkat.
c. Stress Lingkungan
d. Hilangnya Elastisitas jaringan and arterisklerosis pada orang tua serta pelabaran pembuluh darah.
Faktor-faktor yang mempertinggi resiko terjadinya hipertensi antara lain:
• Keturunan
• Usia
• Berat badan
• Pola makan dan gaya hidup
• Aktivitaas olah raga

2. 4 Tanda dan Gejala
Pada sebagian besar penderita hipertensi tidak menimbulkan gejala meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi ( padahal sesungguhnya tidak ).Pada tingkat awal sesungguhnya, Hipertensi asimtomatis, mempunyai gejala :
1. Sakit kepala : pada occipital,, seringkali timbul pada pagi hari.
2. Vertigo dan muka merah.
3. Epistaksis sppontan.
4. Penglihatan kabur atau scotomas dengan perubahan retina.
5. Kekerapan nocturnal akibat peningkatan tekanan dan bukan oleh gangguan ginjal.
6. Sebagai akibat hipertensi yang berkepanjangan, maka akan terjadi :
a. Insufiensi koronen dan penyumbatan.
b. Gagal jantung.
c. Gagal ginjal.
d. Cerebrovaskular accident (stroke).
Jika Hipertensi berat atau menahun dan tidak diobati, maka bisa timbul gejala sebagai berikut

1. Sakit Kepala
2. Kelelahan
3. Mual
4. Muntah
5. Sesak nafas
6. Gelisah


2.6 Patofisiologi
Perjalanan penyakit hipertensi sangat perlahan. Penderita hipertensi mungkin tak menunjukkan gejala selama bertahun-tahun. Masa laten ini menyelubungi perkembangan penyakit sampai terjadi kerusakan organ yang bermakna. Bila terdapat gejala maka biasanya bersifat non spesifik, misalnya sakit kepala atau pusing. Apabila hipertensi tetap tidak diketahui dan tidak dirawat,akan mengakibatkan kematian karena hormone aldosteron meningkat dan menyebabkan retensi natrium. Hal tersebut akan berakibat pada peningkatan tekanan darah. Dengan Peningkatan tekanan darah maka akan menimbulkan kerusakan pada organ organ seperti jantung dan dapat mengakibatkan payah jantung, infark miokardium, stroke, atau gagal ginjal.
Mekanisme bagaimana hipertensi dapat menimbulkan kematian berkaitan dengan menurunnya tonus vaskuler meransang saraf simpatis yang diterukan ke sel jugularis. Dari sel jugalaris ini bias meningkatkan tekanan darah. Dan apabila diteruskan pada ginjal, maka akan mempengaruhi eksresi pada rennin yang berkaitan dengan Angiotensinogen. Dengan adanya perubahan pada angiotensinogen II berakibat pada terjadinya vasokontriksi pada pembuluh darah, sehingga terjadi kenaikan tekanan darah. Peningkatan tekanan darah sistemik meningkatkan resistensi terhadap pemompaan darah dari ventrikel kiri, sehingga beban kerja jantung bertambah. Sebagai akibatnya, terjadi hipertrofi ventrikel untuk meningkatkan kekuatan kontraksi. Akan tetapi kemampuan ventrikel untuk mempertahankan curah jantung dengan hipertrofi kompensasi akhirnya terlampaui, dan terjadi dilatasi dan payah jantung. Jantung menjadi semakin terancam oleh semakin parahnya ateosklerosis koroner. Bila proses ateosklerosis berlanjut, penyediaan oksigen miokardium berkurang. Peningkatan kebutuhan oksigen pada miokardium terjadi akibat hipertrofi ventrikel dan peningkatan beban kerja jntung sehingga akhirnya akan menyebabkan angina atau infark miokardium atau gagal jantung.

2.4 Klasifikasi Tekanan Darah
Katagori Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik
Normal Dibawah 130 mmHg Dibawah 85 mmHg
Normal tinggi 130 – 139 mmHg 85 – 89 mmHg
Stadium I (hipertensi ringan) 140 – 159 mmHg 90 – 99 mmHg
Stadium 2 (hipertensi sedang) 160 – 179 mmHg 100 – 109 mmHg
Stadium 3 (hipertensi berat) 180 – 209 mmHg 110 – 119 mmHg
Stadium I (hipertensi maligna) 210 mmHg atau lebih 120 mmHg atau lebih

BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
A. Demografi :
• Usia : Terjadi pada usia 30-40 tahun
• Ras : terjadi dua kali lebih besar pada orang kulit hitam (orang afrika)
• Jenis kelamin : meningkat pada laki-laki

B. Riwayat atau adanya faktor-faktor resiko
• Kegemukan / obesitas
• Riwayat keluarga positif
• Peningkatan kadar lipid serum
• Merokok sigaret berat
• Penyakit ginjal
• Terapi hormon kronis
• Gagal jantung
• Diet
• Kehamilan

C. Pemeriksaan fisik
• Otak : sakit kepala, mual, muntah,kebas kaki atau kesemutan pada ekstremitas,ensefalopati hipertensif (mengantuk, kacau mental, kejang atau koma).
• Mata :retinopati (hanya dapat dideteksi dengan menggunakan oftalmoskop yang menunjukkan hemoragi retinal dan eksudat dengan papiledema), penglihatan kabur
• Jantung :gagal jantung (dispnea ppada pengerahan tenaga,takikardia)
• Ginjal : penurunan pengeluaran urin dalam hubungannya dengan pemasukan cairan, penambahan berat badan tiba-tiba dan edema.
D. Pemeriksaan Diagnostik
• Sinar X dada dapat menunjukkan kardiomegali
• EKG dapat menunjukkan proteinuria, hematuria mikroskopik
• Survei kimia dapat menunjukkan peningkatan kreatinin serum dan nitrogen urea darah (BUN)
• Profil lipid dapat menunjukkan peningkatan kolesterol dan trigliserida
• Elektrolit serum dapat menunjukkan peningkatan natrium
• Kadar katekolamin meningkat bila hipertensi disebabkan oleh feikromositoma (tumor medulla adrenal)

3.2 Diagnosa
1. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokontriksi pembuluh darah.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2.
3. Gangguan rasa nyaman nyeri : sakit kepela berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler cerebral.
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi in adekuat, keyakinan budaya, pola hidup monoton.
5. Inefektif koping individu berhubungan dengan mekanisme koping tidak efektif, harapan yang tidak terpenuhi, persepsi tidak realistic.


3.3 Intervensi
1. Diagnosa : Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokontriksi pembuluh darah.
Kriteria Hasil :
Klien berpartisifasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah / beban kerja jantung , mempertahankan TD dalam rentang individu yang dapat diterima, memperlihatkan norma dan frekwensi jantung stabil dalam rentang normal pasien.
Intervensi Rasional
Observasi tekanan darah Perbandingan dari tekanan memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang keterlibatan / bidang masalah vaskuler
Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer Denyutan karotis,jugularis, radialis dan femoralis mungkin teramati / palpasi.
Dunyut pada tungkai mungkin menurun, mencerminkan efek dari vasokontriksi
(peningkatan SVR) dan kongesti vena
Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas.
S4 umum terdengar pada pasien hipertensi berat karena adanya hipertropi atrium, perkembangan S3 menunjukan hipertropi ventrikel dan kerusakan fungsi, adanya krakels, mengi dapat mengindikasikan kongesti paru sekunder terhadap terjadinya atau gagal jantung kronik
Amati warna kulit, kelembaban, suhu, dan masa pengisian kapiler.
adanya pucat, dingin, kulit lembab dan masa pengisian kapiler lambat mencerminkan dekompensasi/penurunan curah jantung
Catat adanya demam umum / tertentu.
dapat mengindikasikan gagal jantung, kerusakan ginjal atau vaskuler
Berikan lingkungan yang nyaman, tenang, kurangi aktivitas / keributan
ligkungan, batasi jumlah pengunjung dan lamanya tinggal.

membantu untuk menurunkan rangsangan simpatis, meningkatkan relaksasi
Anjurkan teknik relaksasi, panduan imajinasi dan distraksi. Dapat menurunkan rangsangan yang menimbulkan stress, membuat efek tenang, sehingga akan menurunkan tekanan darah
Kolaborasi dengan dokter dlam pembrian therafi anti
hipertensi,deuritik. Menurunkan tekanan darah

2. Diagnosa : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan O2.
Kriteria Hasil :
Klien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang di inginkan / diperlukan, melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur.
Intervensi Rasional
Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas dengan menggunkan parameter :
frekwensi nadi 20 per menit diatas frekwensi istirahat, catat peningkatan TD, dipsnea, atau nyeridada, kelelahan berat dan kelemahan, berkeringat, pusig atau pingsan. Parameter menunjukan respon fisiologis pasien terhadap stress, aktivitas dan indicator derajat pengaruh kelebihan kerja / jantung
Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktivitas contoh : penurunan kelemahan / kelelahan, TD stabil, frekwensi nadi, peningkatan perhatian pada aktivitas dan perawatan diri. Stabilitas fisiologis pada istirahat
penting untuk memajukan tingkat aktivitas individual
Dorong memajukan aktivitas / toleransi perawatan diri. Konsumsi oksigen miokardia selama berbagai aktivitas dapat meningkatkan jumlah oksigen yang ada. Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan tiba-tiba pada kerja jantung
Berikan bantuan sesuai kebutuhan dan anjurkan penggunaan kursi mandi, menyikat gigi / rambut dengan duduk dan sebagainya. Teknik penghematan energi menurunkan penggunaan energi dan sehingga membantu keseimbangan
suplai dan kebutuhan oksigen
Dorong pasien untuk partisifasi dalam memilih periode aktivitas.
Seperti jadwal meningkatkan toleransi terhadap kemajuan aktivitas dan mencegah kelemahan


3. Diagnosa : Gangguan rasa nyaman nyeri : sakit kepela berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler cerebral.
Kriteria Hasil :
Melaporkan nyeri / ketidak nyamanan tulang / terkontrol, mengungkapkan metode yang memberikan pengurangan, mengikuti regiment farmakologi yang diresepkan.
Intervensi Rasional
Pertahankan tirah baring selama fase akut. Meminimalkan stimulasi / meningkatkan relaksasi
Beri tindakan non farmakologi untuk menghilangkan sakit kepala,
misalnya : kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher serta teknik relaksasi. Tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler serebral dengan menghambat / memblok respon simpatik, efektif dalam menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya
Hilangkan / minimalkan aktivitas vasokontriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala : mengejan saat BAB, batuk panjang,dan membungkuk. Aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit kepala pada adanya peningkatkan tekanan vakuler serebral
Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan. Meminimalkan penggunaan oksigen dan aktivitas yang berlebihan yang memperberat kondisi klien
Beri cairan, makanan lunak. Biarkan klien itirahat selama 1 jam setelah makan. menurunkan kerja miocard sehubungan dengan kerja pencernaan
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik, anti ansietas, diazepam dll. Analgetik menurunkan nyeri dan menurunkan rangsangan saraf simpatis

4. Diagnosa : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi in adekuat, keyakinan budaya, pola hidup monoton.
Kriteria Hasil :
Klien dapat mengidentifikasi hubungan antara hipertensi dengan kegemukan, menunjukan perubahan pola makan, melakukan / memprogram olah raga yang tepat secara individu.
Intervensi Rasional
Kaji emahaman klien tentang hubungan langsung antara hipertensi dengan kegemukan. Kegemukan adalah resiko tambahan pada darah tinggi, kerena disproporsi antara kapasitas aorta dan peningkatan curah jantung berkaitan dengan masa tumbuh
Bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan
lemak,garam dan gula sesuai indikasi. Kesalahan kebiasaan makan menunjang
terjadinya aterosklerosis dan kegemukan yang merupakan predisposisi untuk hipertensi dan komplikasinya, misalnya, stroke, penyakit ginjal, gagal jantung, kelebihan masukan garam memperbanyak volume cairan intra vaskuler dan dapat merusak ginjal yang lebih memperburuk hipertensi
Tetapkan keinginan klien menurunkan berat badan. Motivasi untuk penurunan berat badan adalah internal. Individu harus berkeinginan untuk menurunkan berat badan, bila tidak maka program sama sekali tidak berhasil
Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet. mengidentivikasi
kekuatan / kelemahan dalam program diit terakhir. Membantu dalam
menentukan kebutuhan inividu untuk menyesuaikan / penyuluhan
Tetapkan rencana penurunan BB yang realistic dengan klien, Misalnya :
penurunan berat badan 0,5 kg per minggu. Penurunan masukan kalori seseorang sebanyak 500 kalori per hari secara teori dapat menurunkan berat badan 0,5 kg / minggu. Penurunan berat badan yang lambat mengindikasikan
kehilangan lemak melalui kerja otot dan umumnya dengan cara mengubah
kebiasaan makan
Dorong klien untuk mempertahankan masukan makanan harian termasukkapan dan dimana makan dilakukan dan lingkungan dan perasaan sekitar saat makanan dimakan.
memberikan data dasar tentang keadekuatan nutrisi yang dimakan dan kondisi emosi saat makan, membantu untuk memfokuskan perhatian pada factor mana pasien telah / dapat mengontrol perubahan
Intruksikan dan Bantu memilih makanan yang tepat , hindari makanan dengan kejenuhan lemak tinggi (mentega, keju, telur, es krim, daging dll) dan kolesterol (daging berlemak, kuning telur, produk kalengan,jeroan). Menghindari makanan tinggi lemak jenuh dan kolesterol penting dalam
mencegah perkembangan aterogenesis
Kolaborasi dengan ahli gizi sesuai indikasi. Memberikan konseling dan bantuan dengan memenuhi kebutuhan diet individual

5. Diagnosa : Inefektif koping individu berhubungan dengan mekanisme koping tidak efektif, harapan yang tidak terpenuhi, persepsi tidak realistic.
Kriteria Hasil :
Mengidentifikasi perilaku koping efektif dan konsekkuensinya, menyatakan kesadaran kemampuan koping / kekuatan pribadi, mengidentifikasi potensial situasi stress dan mengambil langkah untuk menghindari dan mengubahnya.
Intervensi Rasional
Kaji keefektipan strategi koping dengan mengobservasi perilaku,
Misalnya : kemampuan menyatakan perasaan dan perhatian, keinginan
berpartisipasi dalam rencana pengobatan.
Mekanisme adaptif perlu untuk
megubah pola hidup seorang, mengatasi hipertensi kronik dan
mengintegrasikan terafi yang diharuskan kedalam kehidupan sehari-hari
Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan, kerusakan
konsentrasi, peka rangsangan, penurunan toleransi sakit kepala, ketidakmampuan untuk mengatasi / menyelesaikan masalah.
Manifestasi mekanisme koping maladaptive mungkin merupakan indicator marah yang ditekan dan
diketahui telah menjadi penentu utama TD diastolic
Bantu klien untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan kemungkinan
strategi untuk mengatasinya. pengenalan terhadap stressor adalah langkah pertama dalam mengubah respon seseorang terhadap stressor
Libatkan klien dalam perencanaan perwatan dan beri dorongan partisifasi maksimum dalam rencana pengobatan. keterlibatan memberikan klien
perasaan kontrol diri yang berkelanjutan. Memperbaiki keterampilan koping, dan dapat menigkatkan kerjasama dalam regiment teraupetik.
Dorong klien untuk mengevaluasi prioritas / tujuan hidup. Tanyakan
pertanyaan seperti : apakah yang anda lakukan merupakan apa yang anda inginkan ? Fokus perhtian klien pada realitas situasi yang relatif terhadap pandangan klien tentang apa yang diinginkan. Etika kerja keras, kebutuhan untuk kontrol dan focus keluar dapat mengarah pada kurang perhatian pada kebutuhan-kebutuhan personal
Bantu klien untuk mengidentifikasi dan mulai merencanakan perubahan
hidup yang perlu. Bantu untuk menyesuaikan ketibang membatalkan tujuan diri / keluarga. Perubahan yang perlu harus diprioritaskan secara realistic untuk menghindari rasa tidak menentu dan tidak berdaya


3.4 Evaluasi
Resiko penurunan jantung tidak terjadi, intoleransi aktivitas dapat teratasi, rasa sakit kepala berkurang bahkan hilang, klien dapat mengontrol pemasukan / intake nutrisi, klien dapat menggunakan mekanisme koping yang efektif dan tepat, klien paham mengenai kondisi penyakitnya.

PRINSIP-PRINSIP PEMBERIAN OBAT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Perawat bertanggung jawab dalam pemberian obat-obatan yang aman. Perawat juga harus mengetahui semua komponen dari perintah pemberian obat dan mempertanyakan perintah tersebut jika tidak lengkap atau jelas/dosis yang diberikan diluar batas yang direkomendasikan.

Adapun prinsip-prinspi pemberian obat yang benar meluputi 6 hal, yaitu : Benar pasien, benar obat, benar dosis, benar waktu, benar rute dan benar dokumentasi. Benar pasien dapat dipastikan dengan memeriksa identitas pasien dan harus dilakukan setiap akan memberikan obat. Benar obat memastikan pasien setuju dengan obat yang telah diresepkan berdasarkan kategori perintah pemberian obat, yaitu :perintah tetap (standing order), perintah satu kali (single order), perintah PRN (jika perlu), perintah stat (segera). Benar dosis adalah dosis yang diresepkan pada pasien tertentu. Benar waktu adalah saat dimana obat yang diresepkan harus diberikan. Benar rute disesuaikan dengan tingkat penyerapan tubuh pada obat yang telah diresepkan. Benar dokumentasi meliputi nama, tanggal, waktu, rute, dosis dan tanda tangan atau insial petugas.

1.2. Tujuan

· Mengetahui prinsip-prinsp pemberian obat

· Mengetahui pedoman pemberian obat

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. prinsip-prinsip pemberian obat

Pemberian obat dibagi menjadi 3,yaitu : formulasi, cara pemberian obat, dan regimen dosis.

A. Formulasi

Formulasi obat tergantung pada faktor-faktor :

· Pengahalang yang dapat dilewati oleh obat.

· Keadaan saat obat akan digunakan.

· Mendesaknya situasi medis.

· Kestabilan obat.

· Efek lintasan pertama.

B. Cara pemberian obat :

Cara pemberian obat meliputi :

· Oral ( PO ) : paling cocok untuk obat-obat yang diberikan sendiri.

· Sublingual : absorpsinya baik melalui jaringan kapiler di bawah lidah.

· Rektal (PR ): berguna untuk pasien yang tidak sadar atau muntah-muntah atau anak kecil

Cara pemberian obat secara tradisional/ parenteral ( sekitar saluran pencernaan ) :

· Intravena ( IV ) : awitan ( onset ) kerjanya cepat karena obat disuntikkan langsung kedalam aliran darah.

· Intramuskular ( IM ) : obat melalui dinding kapiler untuk memasuki aliran darah.

· Subkutan ( SubQ,SC ) : obat disuntikkan dibawah kulit dan menembus dinding kapiler untuk memasuki aliran darah.

· Inhalasi : secara umum absorpsinya cepat.

· Topikal : berguna untuk pemberian obat-obat lokal, khusus nya yang mempunyai efek toksik jika diberikan secara sistemik.

· Transdermal : sedikit obat-obatan yang dapat diformulasikan sedemikian sehingga “ koyo “ yang berisi obat tersebut ditempelkan kekulit.

C. Regimen Dosis

Tiga regiman dosis yang umum diperbandingkan :

· Dosis tunggal :

ü Plasma : konsentrasi obat dalam plasma meningkat saat obat didistribusikan kedalam aliran darah, kemudian turun saat obat didistribusikan ke jaringan, dimetabolisme, dan di eskresi.

ü Oral : obat yang diberika secara oral mencapai konsentrasi plasma puncak lebih lambat dari pada obat yang diberikan secara intra vena.

· Infus kontinu ( IV ) : keadaan stabil ( keseimbangan ) konsentrasi obat dalam plasma di capai seteleh infus kontinu selama 4-5 waktu paruh.

· Dosis intermiten : sebuah obat harus diberikan selama 4-5 waktu paruh sebelum tercapai keadaan stabil ( keseimbangan )

ü Puncak adalah nilai-nilai tinggi pada fluktuasi. Efek toksik paling mungkin terjadi selama konsentrasi puncak obat.

ü Lembah adalah nilai-nilai rendah pada fluktuasi. Kurangnya efek obat paling mungkin terjadi selama konsentrasi lembah obat.

Berikut ini yang dimaksud waktu paruh, ialah :

· Waktu paru adalah jumlah waktu yang dibituhkan oleh konsentrasi suatu obat dalam plasma untuk turun menjadi 50% setelah penghentian obat.

· Waktu paruh distribusi ( t½α ) mencerminkan penurunan konsentrasi obat dalam plasma yang cepat saat suatu dosis obat didistribusikan diseluruh tubuh.

· Waktu paruh eliminasi (t½β ) sering kali jauh lebih lambat, mencerminkan metabolisme dan ekdkresi obat.

Kadar terapeutik obat dapat dicapai lebih cepat dengan memberikan dosis muatan yang di ikuti dengan dosis rumatan. Dosis rumatan adalah dosis awal obat yang lebih tinggi dari dosis-dosis selanjutnya dengan tujuan mencapai kadar obat terapeutik dalam serum dengan cepat. Dosis rumatan merupakan dosis obat yang mempertahankan konsentrasi plasma dalam keadaan stabil pada rentang terapeutik.

Regimen dosis ( cara, jumlah, dan frekuensi) pemberian obat mempengaruhi awitan dan durasi ( lama ) kerja obat. Awitan adalah jumlah waktu yang diperlukan oleh suatu obat untuk mulai bekerja. Durasi adalah lamanya waktu suatu obat bersifat terapeutik.

2.2. Pedoman dalam pemberian obat

A. prosedur untuk pemberian obat yang benar :

· Persiapan :

1. Cuci tangan sebelum menyiapkan pengobatan.

2. Periksa untuk terjadinya alergi obat.

3. Periksa perintah pengobatan dengan perintah dokter.

4. Periksa label tempat obat sebanyak 3 kali.

5. Periksa tanggal kadarluarsa pada label obat.

6. Periksa ulang penghitungan dosis obat dengan perawat lain.

7. Pastikan kebenaran obat-obat yang dapatbersifat toksik dengan perawat lain atau ahli farmasi.

8. Tuang tablet/kapsul kedalam tutup tempat obat.

9. Tuang cairan ssetinggi mata.

10. Encerkan obat-obat yang mengiritasi mukosa lambung (kalium, aspirin) /berikan bersama-sama dengan makanan.

· Pemberian :

1. Periksa identitas klien melalui gelang identifikasinya.

2. Tawarkan batu es untuk membaalkan pengecap rasa sewaktu memberikan obat yang rasanya tidak enak.

3. Berikan hanya obat yang saudara persiapkan.

4. Bantu klien mendapatkan posisi yang tepat tergantung dari rute pemberian.

5. Tetaplah bersama klien sama obat dipakai.

6. Jika memberikan obat pada sekelompok klien, berikan obat terakhir pada klien yang membutuhkan bantuan ekstra.

7. Berikan tidak lebih dari 2,5-3 ml larutan intramuscular pada satu tempat.

8. Buang jarum dan tabung suntik ke tempat yang tepat.

9. Buang obat-obat kedalam bak atau toilet, jangan kedalam tempat sampah.

10. Buang larutan yang tidak terpakai dari ampul.

11. Simpan narkotik kedalam laci atau lemari dan kunci ganda.

12. Kunci untuk laci narkotik harus disimpan oleh perawat.

· Pencatatan :

1. Laporkan kesalahan obat dengan segera kepada dokter klien dan perawat supervisior. Lengkapi laporan peristiwa.

2. Masukkan kedalam kolom : catat obat yang diberikan, dosis, waktu, rute, dan inisial anda.

3. Catat obat-obat segera setelah diberikan, khusus dosis stat.

4. Lapor dan catat obat-obat yang ditolak dan alasan penolakan.

5. Catat jumlah cairan yang diminum bersama obat pada kolom intake dan output.

B. Yang tidak boleh dalam pemberian obat

· Jangan sampai konsentrasi terpecah sewaktu mempersiapkan obat.

· Jangan memberikan obat yang dikeluarkan oleh orang lain.

· Jangan mengeluarkan obat dari tempat obat dengan label yang sulit dibaca/labelnya hilang.

· Jangan memindahkan obat dari satu tempat ke tempat yang lain.

· Jangan mengeluarkan obat ketangan anda.

· Jangan memberikan obat yang kadarluarsa.

· Jangan menduga-duga mengenai obat dan dosis obat.

· Jangan memakai obat yang telah mengendap/berubah warna/berawan.

· Jangan tinggalkan obat-obat yang telah dipersiapkan.

· Jangan berikan suatu obat kepada klien jika ia memiliki alergi kepada obat itu.

· Jangan memanggil nama klien sebagi satu-satunya cara untuk mengidentifikasi.

· Jangan berikan obatjika klien menyaatakan bahwa obat tersebut berlainan dengan apa yang telah ia terima sebeumnya.

· Jangan menutup kembali jarum.

Copyright 2009 RYRI LUMOET. All rights reserved.
Free WPThemes presented by Leather luggage, Las Vegas Travel coded by EZwpthemes.
Bloggerized by Miss Dothy | Blogger Templates