BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia tidak bisa dilepaskan dari
lingkungan sehingga aspek lingkungan harus mendapat perhatian khusus dalam
kaitannya untuk menjaga dan memelihara kesehatan manusia.
Lingkungan dan situasi rumah sakit yang
asing serta pengalaman perawatan yang tidak menyenangkan akan memberi pengaruh
yang besar terhadap kemampuan adaptasi pasien dengan gangguan fisik dan
gangguan mental. Ada kecenderungan lingkungan rumah sakit menjadi stresor bagi
pasien.
Menurut ICN, pada tahun 2020 nanti
diseluruh dunia akan terjadi pergeseran penyakit. Perubahan sosial ekonomi yang
sangat cepat dan situasi sosial politik Indonesia yang tidak menentu
menyebabkan semakin tingginya angka pengangguran, kemiskinan, dan kejahatan,
situasi ini dapat meningkatkan angka kejadian krisis dan gangguan mental dalam
kehidupan manusia, pada saat ini terjadi peningkatan sekitar 20%.
Menurut Bloom, 60% faktor yang
menentukan status kesehatan seseorang adalah kondisi lingkungannya. Upaya
terapi harus bersifat komprehensif, holistik, dan multidisipliner.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah
Pada awal abad 19 dicoba terapi suasana
rumah sakit seperti suasana di keluarga (home like atmosphere). Moral treatment
dicoba pada waktu makan diciptakan suasana yang akrab dan santai antara petugas
dan pasien.
Diperhatikan adanya jenis dan penempatan
perabot. Lingkungan yang terapeutik, menciptakan suasana dimana pasien dapat
menyadari dan mengenal diri sendiri.
Kata milleu awalnya digunakan untuk
mengartikan rancangan lingkungan secara ilmiah oleh Bettlehem dan Sylvester
diakhir tahun 1930 dan diawal tahun 1940.
Pada awalnya terapi lingkungan
semata-mata menggunakan teori yang berkaitan dengan teori psikologi dan
psikiatri untuk menentukan jenis lingkungan yang cocok dalam proses terapi,
kemudian pada tahun 1958 Freman Cameron dan Mc Gie mengembangkan hubungan
antara self psikologi dengan karakteristik dasar pada lingkungan, dan dapat
disimpulkan bahwa terapi lingkungan membawa perubahan yang spesifik pada
perilaku pasien.
2.2 Pengertian
Lingkungan telah didefinisikan dengan
berbagai pandangan, lingkungan merujuk pada keadaan fisik, psikologis, dan
social diluar batas system, atau masyarakat dimana system itu berada (Murray
Z., 1985).
Terapi lingkungan (Milieu Therapy)
berasal dari bahasa Perancis yang berarti perencanaan ilmiah dari lingkungan
untuk tujuan yang bersifat terapeutik atau mendukung kesembuhan.
Pengertian lainnya adalah tindakan
penyembuhan pasien melalui manipulasi dan modifikasi unsure-unsur yang ada pada
lingkungan dan berpengaruh positif terhadap fisik dan psikis individu serta
mendukung proses penyembuhan.
Terapi lingkungan adalah segala sesuatu
yang ada di lingkungan kita, yang diciptakan untuk pengobatan termasuk fisik
dan sosial.
Suatu manipulasi ilmiah pada lingkungan
yang bertujuan untuk menghasilkan perubahan pada perilaku pasien dan untuk
mngembangkan keterampilan emosional dan sosial. (Stuart Sundeen, 1991).
Dalam pelaksanaannya harus melibatkan
team work yang terdiri dari berbagai ahli di bidangnya masing-masing dengan
tujuan mengoptimalkan proses penyembuhan pasien. Tim tersebut terdiri dari
dokter ahli jiwa, psikolog, perawat jiwa, ahli sanitasi lingkungan, sosial
worker, dan petugas kesehatan lainnya. Dimana dalam pelaksanaannya berupa
planning duduk bersama berdasarkan disiplin ilmunya masing-masing untuk
mencapai tujuan dari terapi lingkungan.
2.3 Tujuan Terapi Lingkungan
Membantu individu untuk mengembangkan
rasa harga diri, mengembangkan kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain,
membantu belajar mempercayai orang lain, dan mempersiapkan diri untuk kembali
ke masyarakat.
Y Abrons
dalam Stuart sundeen 1995 menyebutkan tujuan terapi lingkungan meliputi:
Ø Tujuan
umum
Membekali
pasien kemampuan untuk kembali ke masyarakat dan dapat menjalankan kehidupan
fisik dan sosial seoptimal mungkin.
Ø Tujuan
khusus
Membatasi
gangguan dan perilaku maladaptif. Mengajarkan keterampilan psikososial dengan
cara :
·
Orientasi yaitu pencapaian tingkat
orientasi dan kesadaran terhadap realita yang lebih baik. Orientasi berhubungan
dengan pengetahuan dan pemahaman pasien terhadap waktu, tempat, tujuan,
sedangkan kesadaran dapat dikuatkan melalui interaksi dan aktifitas pada semua
pasien.
·
Asertation yaitu kemampuan
mengekspresikan perasaan sendiri dengan tepat. Hal ini dapat dilakukan dengan
cara mendorong pasien dalam mengekspresikan diri secara efektif dengan tingkah
laku yang dapat diterima oleh masyarakat.
·
Accuption yaitu kemampuan pasien untuk
dapat percaya diri dan berprestasi
melalui keterampilan membuat kerajinan tangan.
·
Recreation yaitu kemampuan membuat dan
menggunakan aktifitas yang menyenangkan dan relaksasi. Hal ini memberi
kesempatan pada pasien utnuk mengikuti bermacam-macam reaksi dan membantu
pasien untuk menerapkan keterampilan yang telah dipelajari, misalnya interaksi
sosial.
Y Menurut
Stuart dan Sundeen:
Ø Meningkatkan
pengalaman positif pasien khususnya yang mengalami gangguan mental, dengan cara
membantu individu dalam mengembangkan harga diri.
Ø Meningkatkan
kemampuan untuk berhubungan denagan orang lain
Ø Menumbuhkan
sikap percaya pada orang lain
Ø Mempersiapkan
diri kembali ke masyarakat, dan
Ø Mencapai
perubahan yang positif.
2.4 Karakteristik Terapi Lingkungan
Y Untuk
mencapai tujuan yang diharapkan, maka lingkungan harus bersifat terapeutik
yaitu mendorong terjadi proses penyembuhan, lingkungan tersebut harus memiliki
karakteristik sebagai berikut:
a. Pasien
merasa akrab dengan lingkungan yang diharapkannya.
b. Pasien
merasa senang /nyaman.dan tidak merawsa takut dengan lingkungannya.
c. Kebutuhan-kebutuhan
fisik pasien mudah dipenuhi
d. Lingkungan
rumah sakit/bangsal yang bersih
e. Lingkungan
menciptakan rasa aman dari terjadinya luka akibat impuls-impuls pasien.
f. Personal
dari lingkungan rumah sakit/bangsal menghargai pasien sebagai individu yang
memiliki hak, kebutuhan dan pendapat serta menerima perilaku pasien sebagai
respon adanya stress.
g. Lingkungan
yang dapat mengurangi pembatasan-pembatasan atau larangan dan memberikan
kesempatan kepada pasien untuk menentukan pilihannya dan membentuk perilaku
yang baru.
Y Disamping
hal tersebut terapi lingkungan harus memilki karakteristik:
Ø Memudahkan
perhatian terhadap apa yang terjadi pada individu dan kelompok selama 24 jam.
Ø Adanya
proses pertukaran informasi.
Ø Pasien
merasakan keakraban dengan lingkungan.
Ø Pasien
merasa senang, nyaman, aman, dan tidak meraswa takut baik dari ancaman
psikologis maupun ancaman fisik.
Ø Penekanan
pada sosialisasi dan interaksi kelompok dengan focus komunikasi terapeutik.
Ø Staf
membagi tanggung jawab bersama pasien.
Ø Personal
dari lingkungan manghargai klien sebagai individu yang memiliki hak, kebutuhan,
dan tanggung jawab.
Ø Kebutuhan
fisik klien mudah terpenuhi.
2.5 Bentuk Lingkungan
Y Lingkungan
Fisik
Ø Aspek
terapi lingkungan meliputi semua gambaran yang konkrit yang merupakan bagian
eksternal kehidupan rumah sakit. Setting-nya meliputi :
·
Bentuk dan struktur bangunan.
·
Pola interaksi antara masyarakat dengan
rumah sakit.
Ø Tiga
aspek yang mempengaruhi terwujudnya lingkungan fisik terapeutik:
·
Lingkungan fisik yang tetap.
Mencakup struktur dari bentuk bangunan
baik eksternal maupun internal. Bagian eksternal meliputi struktur luar rumah
sakit, yaitu lokasi dan letak gedung sesuai dengan program pelayanan kesehatan
jiwa, salah satunya kesehatan jiwa masyarakat. Berada di tengah-tengah
pemukiman penduduk atau masyarakat sekitarnya serta tidak diberi pagar tinggi.
Hal ini secara psikologis diharapkan dapat membantu memelihara hubungan
terapeutik pasien dengan masyarakat. Memberikan kesempatan pada keluarga untuk
tetap mengakui keberadaan pasien serta menghindari kesan terisolasi.
Bagian internal gedung meliputi penataan
struktur sesuai keadaan rumah tinggal yang dilengkapi ruang tamu, ruang tidur,
kamar mandi tertutup, WC, dan ryang makan. Masing-masing ruangan tersebut
diberi nama dengan tujuan untuk memberikan stimulasi pada pasien khususnya yang
mengalami gangguan mental, merangsang memori dan mencegah disorientasi ruangan.
Setiap ruangan harus dilengkapi dengan jadwal
kegiatan harian, jadwal terapi aktivitas kelompok, jadwal kunjungan keluarga,
dan jadwal kegiatan khusus misalnya rapat ruangan.
·
Lingkungan fisik semi tetap.
Fasilitas-fasilitas berupa alat
kerumahtanggaan meliputi lemari, kursi, meja, peralatan dapur, peralatan makan,
mandi, dsb. Semua perlengkapan diatur sedemikian rupa sehingga memungkinkan
pasien bebas berhubungan satu dengan yang lainnya serta menjaga privasi pasien.
·
Lingkungan fisik tidak tetap.
Lebih ditekankan pada jarak hubungan
interpersonal individu serta sangat dipengaruhi oleh sosial budaya.
Y Lingkungan
Psikososial
Ø Lingkungan
yang kondusif yaitu fleksibel dan dinamis yang memungkinkan pasien berhubungan
dengan orang lain dan dapat mengambil keputusan serta toleransi terhadap
tekanan eksternal. Beberapa prinsip yang perlu diyakini petugas kesehatan dalam
berinteraksi dengan pasien:
·
Tingkah laku dikomunikasikan dengan
jelas untuk mempertahankan, mengubah tingkah laku pasien.
·
Penerimaan dan pemeliharaan tingkah laku
pasien tergantung dari tingkah laku partisipasi petugas kesehatan dan
keterlibatan pasien dalam kegiatan belajar.
·
Perubahan tingkah laku pasien tergantung
pada perasaan pasien sebagai anggota kelompok dan pasien dapat mengikuti atau
mengisi kegiatan.
·
Kegiatan sehari-hari mendorong interaksi
antara pasien.
·
Mempertahankan kontak dengan lingkungan
misalnya adanya kalender harian dan adanya papan nama dan tanda pengenal bagi
petugas kesehatan.
2.6 Peran Perawat Dalam Terapi
Lingkungan
1. Distribusi
kekuatan
Petugas
kesehatanmendistribusikan pengetahuan, pengalaman kepada seluaruh staf ssesuai
dengan wewenang masing-masing agar kebutuhan yang dibuat bertujuan sama dan
yang terbaik untuk pasien.
2. Komunikasi
terbuka
Komunikasi
dilakukan oleh perawat untuk mendapatkan informasi guna menetapkan keputusan.
3. Memperhatikan
struktur interaksi
Struktur
interaksi meliputi :
a. Sikap
bersahabat
b. Penuh
prihatin
c. Lembut
dan tegas
4. Aktifitas
kerja
Diperlukan
dorongan yang kuat dari lingkungan dengan jalan mengijinkan pasien untuk memilih
terapi. Akan lebih berarti bila dapat diterapkan pada pekerjaan yang nyata.
5. Peran
serta keluarga dan masyarakat
Selama
di rumah sakit diusahakan pasien sering berhubungan dengan keluarga, agar
keluarga dapat mengikuti perkembangan kesembuhan pasien sehingga berminat untuk
mengkoordinir kepulangannya bila sudah baik.
6. Penyesuaian
lingkungan dengan kebutuhan dan perkembangan pasien.
7. Pencipta
lingkungan yang aman dan nyaman
a. Perawat
menciptakan dan mempertahankan iklim/suasana yang akrab, menyenangkan, saling
menghargai di antara sesame perawat, petugas kesehatan, dan pasien.
b. Perawat
yang menciptakan suasana yang aman dari benda-benda atau keadaan-keadaan yang
menimbulkan terjadinya kecelakaan/luka terhadap pasien atau perawat.
c. Menciptakan
suasana yang nyaman
d. Pasien
diminta berpartisipasi melakukan kegiatan bagi dirinya sendiri dan orang lain
seperti yang biasa dilakukan di rumahnya. Misalnya membereskan kamar.
8. Penyelenggaraan proses sosialisasi:
a. Membantu
pasien belajar berinteraksi dengan orang lain, mempercayai orang lain, sehingga
meningkatkan harga diri dan berguna bagi orang lain.
b. Mendorong
pasien untuk berkomunikasi tentang ide-ide, perasaan dan perilakunya secara
terbuka sesuai dengan aturan di dalam kegiatan-kegiatan tertentu.
c. Melalui
sosialisasi pasien belajar tentang kegiatan-kegiatan atau kemampuan yang baru,
dan dapat dilakukannya sesuai dengan kemampuan dan minatnya pada waktu yang
luang.
9. Sebagai
teknis perawatan
Fungsi
perawat adalah memberikan/memenuhi kebutuhan dari pasien, memberikan obat-obatan
yang telah ditetapkan, mengamati efek obat dan perilaku-perilaku yang
menonjol/menyimpang serta mengidentifikasi masalah-masalah yang timbul dalam
terapi tersebut.
10. Sebagai
leader atau pengelola.
Perawat
harus mampu mengelola sehingga tercipta lingkungan terapeutik yang mendukung
penyembuhan dan memberikan dampak baik secara fisik maupun secara psikologis
kepada pasien.
2.7 Jenis-jenis Kegiatan Terapi
Lingkungan
1. Terapi
rekreasi
Yaitu terapi yang
menggunakan kegiatan pada waktu luang, dengan tujuan pasien dapat melakukan
kegiatan secara konstruktif dan menyenangkan serta mengembangkan kemampuan
hubungan sosial.
2. Terapi
kreasi seni
Perawat dalam terapi
ini dapat sebagai leader atau bekerja sama denagn orang lain yang ahli
dalam bidangnya karena harus sesuai dengan bakat dan minat.
a. Dance therapy/menari : untuk
mengkomunikasikan tentang perasaan dan kebutuhan pasien.
b.
Terapi musik
: untuk mengekspresikan perasaan marah, sedih, kesepian, dan gembira.
c.
Terapi dengan
menggambar/melukis : dengan menggambar akan menurunkan ketegangan dan
memusatkan pikiran yang ada.
d. Literatur/biblio
therapy : Terapi dengan kegiatan membaca seperti novel, majalah, buku-buku dan
kemudian mendiskusikannya.Tujuannya adalah untuk mengembangkan wawasan diri dan
bagaimana mengekspresikan perasaan/pikiran dan perilaku yang sesuai dengan
norma-norma yang ada.
3. Pettherapy
Terapi ini bertujuan
untuk menstimulasi respon pasien yang tidak mampu mengadakan hubungan interaksi
dengan orang-orang dan pasien biasanya merasa kesepian, menyendiri.
4. Planttherapy
Terapi ini bertujuan
untuk mengajar pasien untuk memelihara segala sesuatu/mahluk hidup, dan
membantu hubungan yang akrab antara satu pribadi kepada pribadi lainnya.
2.8 Kondisi Pasien Pada Terapi
Lingkungan
Y Pasien
rendah diri (low self esteem) , depresi (depression) bunuh
diri (suicide).
Ø Syarat
lingkungan secara psikologis harus memenuhi hal-hal sebagai berikut:
·
Ruangan aman dan nyaman.
·
Terhindar dari ala-alat yang dapat
digunakan untuk mencederai diri sendiri atau orang lain.
·
Alat-alat medis, obat-obatan, dan jenis
cairan medis di lemari dalam keadaan terkunci.
·
Ruangan harus ditempatkan di lantai satu
dan keseluruhan ruangan mudah dipantau oleh petugas kesehatan.
·
Tata ruangan menarik dengan cara
menempelkan poster yang cerah dan meningkatkan gairah hidup pasien.
·
Warna dinding cerah.
·
Adanya bacaan ringan, lucu, dan
memotivasi hidup.
·
Hadirkan musik ceria, tv, dan film
komedi.
·
Adanya lemari khusus untuk menyimpan
barang-barang pribadi pasien.
Ø Lingkungan
sosial:
·
Komunikasi terapeutik dengan cara semua
petugas menyapa pasien sesering mungkin.
·
Memberikan penjelasan setiap akan
melakukan kegiatan keperawatan atau kegiatan medis lainnya.
·
Menerima pasien apa adanya jangan
mengejek serta merendahkan.
·
Meningkatkan harga diri pasien.
·
Membantu menilai dan meningkatkan
hubungan social secara bertahap.
·
Membantu pasien dalam berinteraksi
dengan keluarganya.
·
Sertakan keluarga dalam rencana asuhan
keperawatan, jangan membiarkan pasien sendiri terlalu lama di ruangannya.
Y Pasien
dengan amuk.
Ø Lingkungan
fisik:
·
Ruangan aman, nyaman, dan mendapat
pencahayaan yang cukup.
·
Pasien satu kamar, satu orang, bila
sekamar lebih dari satu jangan dicampur antara yang kuat dengan yang lemah.
·
Ada jendela berjeruji dengan pintu dari
besi terkunci.
·
Tersedia kebijakan dan prosedur tertulis
tentang protocol pengikatan dan pengasingan secara aman, serta protocol
pelepasan pengikatan.
Ø Lingkungan
Psikososial:
·
Komunikasi terapeutik, sikap bersahabat
dan perasaan empati.
·
Observasi pasien tiap 15 menit.
·
Jelaskan tujuan pengikatan/pengekangan
secara berulang-ulang.
·
Penuhi kebutuhan fisik pasien.
·
Libatkan keluarga.
2.9 Komponen Fungsional Terapi
Lingkungan
1. Containment
Ø Fungsi
: mendukung kesehatan fisik dan merubah perilaku berkuasa.
Ø Tujuan
: memberi keamanan pasien serta lingkungan serta menumbuhkan percaya.
Ø Bentuk
terapi : isolasi dan pengikatan.
Ø Aktifitas
: memberikan perlindungan fisik dan mencegah cidera pada diri sendiri dan orang
lain.
2. Support
Ø Fungsi
: membantu pasien merasa aman dan nyaman serta mengurangi kecemasan.
Ø Tujuan
: meningkatkan harga diri dan percaya diri pasien.
Ø Bentuk
terapi : penggunaan komunikasi terapeutik, pemberian perhatian dengan sikap
empati edukasi.
Ø Aktifitas
: meningaktkan hubungan dan interaksi.
3. Struktur
Ø Fungsi
: membantu mendorong perilaku yang maladaptif menjadi adaptif.
Ø Tujuan
: meningkatkan tanggyng jawab terhadap perilaku dan konsekuensinya, serta
meningkatkan keterlibatan pasien terhadap aktifitas yang terstruktur.
Ø Bentuk
terapi : terapi aktifitas, terapi aktifitas sosian, terapi occupation.
Ø Aktifitas
: menentukan jenis kegiatan sesuai dengan kondisi dan kemampuan pasien.
4. Involvement
Ø Fungsi
: mendorong pasien untuk dapat bekerjasama, melakukan kompromi dan konfrontasi
untuk meningkatkan keterlibatan sosial.
Ø Tujuan
: menstimulasi pasien tuntuk berperan serta aktif dalam lingkungan sosial dan
interaksi serta mengembangkan keterampilan.
Ø Bentuk
terapi : terapi kelompok.
Ø Aktifitas
: melakukan aktifitas kelompok.
5. Validation
Ø Fungsi
: membantu pasien mengambangakan kapasitas kedekatan yang lebih besar dan
menyatu identitasnya.
Ø Tujuan
: membantu pasien memahami dan menerima keunikan dirinya serta mendorong
integrasi antara perasaan senang dan tidak senang.
Ø Bentuk
terapi : Psikodrama, stimulasi persepsi dan validasi.
Ø Aktifitas
: bermain drama, menerima pikiran perasaan pasien dan memberi reinforcemen.
2.10
Komponen
Yang Perlu Diperhatikan Dalam Terapi Lingkungan
1. Fisik
Terkait dengan desain
dan renovasi.
2. Intelektual
Aspek intelektual dari
lingkungan meliputi; warna, sinar, suara, suhu, bau, dan rasa.
3. Sosial
Komponen sosial; peran
pasien pola komunikasi dan perbandingan staf dengan pasien.
4. Emosional
Ø Faktor
fisik, intelektual dan sosial menciptakan suasana emosional, misalnya:
a. Merasa
sangat senang berada di ruangan/lingkungan.
b. Merasa
sangat santai.
c. Setiap
orang bekerjasama dengan baik.
d. Segala
sesuatu terawat baik.
Ø Peran
terapis
1. Tidak
devensif
2. Empati
3. Dapat
menciptakan keamanan
4. Tidak
menakutkan
Ø Menurut
Moons peran terapis dalam terapi lingkungan adalah mendukung spontanitas pasien
dan merangsang pasien agar merasa bebas dan terbuka.
5. Spiritual
Sarana tempat ibadah, buku-buku
suci, dll. Harus terpisah, sepi dan tertutup agar memusatkan perhatian untuk
pengobatan dan menemukan harapan baru bagi masa depan pasien.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Terapi lingkungan adalah segala sesuatu
yang ada di lingkungan kita, yang diciptakan untuk pengobatan termasuk fisik
dan sosial.Suatu manipulasi ilmiah pada lingkungan yang bertujuan untuk
menghasilkan perubahan pada perilaku pasien dan untuk mngembangkan keterampilan
emosional dan sosial.
Tujuan terapi lingkungan ini membantu individu
untuk mengembangkan rasa harga diri, mengembangkan kemampuan untuk berhubungan
dengan orang lain, membantu belajar mempercayai orang lain, dan mempersiapkan
diri untuk kembali ke masyarakat.
Komponen yang harus diperhatikan dalam
terapi lingkungan adalah fisik, intelektual, sosial, emosional dan spiritual.
3.2 Saran
Sebagai seorang perawat yang bertugas
dalam terapi lingkungan harus dapat menilai diri tentang kesadaran diri,
kekuatan, dan kemampuan dalam hal pengetahuan dan kebudayaan karena itu sangat
membantu untuk bertoleransi terhadap perilaku-perilaku yang ditujukan oleh
pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Purwaningsih, Wahyu, dkk, Asuhan Keperawatan Jiwa. Jogjakarta :
Nuha Medika press, 2009.
Stuart, G. W, and Sundeen, Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta :
EGC, 1998.
Yosep, Iyus, Keperawatan Jiwa (edisi revisi). Bandung : PT Refika Aditama, 2007.
0 komentar:
Posting Komentar