PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Hospitalisasi
merupakan suatu proses yang karena suatu alasan berencana atau darurat, mengharuskan
anak untuk tinggal di rumah sakit, selain untuk menyembuhkan jika mungkin atau
memperbaiki status fisik dan mental sehingga anak dapat mengatasi
keterbatasannya dengan menjalani terapi
dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah (Sacharin, 1996). Pada saat anak dirawat
di rumah sakit, akan mengalami dua respon perilaku yaitu respon perilaku
adaptif dan respon perilaku maladaptif. Respon perilaku adaptif merupakan suatu
respon menerima terhadap tindakan perawatan yang diberikan, sedangkan respon
perilaku maladaptif merupakan respon menolak terhadap tindakan perawatan, yang
sering ditandai dengan ketakutan, kecemasan, nyeri, sedih dan juga beberapa
perubahan perilaku seperti menjerit keras, menangis, dan menendang. Oleh karena
itu seorang anak memerlukan perhatian yang khusus dan pemecahannya agar anak
dapat menunjukkan perilaku adaptif. Anak
membutuhkan beberapa persiapan menjelang prosedur tindakan (Wong, 2003). Salah
satu bentuknya bisa menggunakan terapi humor yang diperlukan agar ketegangan
dan kecemasan anak berkurang yang akhirnya akan menunjukkan respon adaptif.
Di Rumah Sakit anak usia prasekolah menunjukkan respon perilaku maladaptif dengan menangis
keras, menendang, memukul, sering bertanya, tidak komunikatif, menolak orang
asing (petugas), tidak aktif, tidak tertarik pada lingkungan, atau regresif selama
perawatan di rumah sakit. Anak yang menunjukkan respon perilaku maladaptif selama
perawatan di rumah sakit terkadang membuat perawat melakukan tindakan dengan
memaksa sehingga menimbulkan trauma pada anak karena anak merasa nyeri dan
tindakan menjadi kurang efektif.
Tindakan maladaptif akan
memperburuk status imunitas pasien anak, yang akibatnya memperlambat proses
penyembuhan dan meningkatkan jumlah hari perawatan (Nursalam, 2005). Pada anak
dengan stress tinggi akan terjadi peningkatan hormon adrenal dan kortisol yang
dapat melemahkan sistem imun (Guyton, 1990). Melemahnya sistem imun akan
berakibat pada penghambatan proses penyembuhan. Hal tersebut menyebabkan
perawatan lebih lama dan bahkan akan mempercepat terjadinya
komplikasi-komplikasi selama perawatan (Nursalam, 2005). Semakin muda usia anak semakin mudah ia mengalami
dampak psikologis yang merugikan untuk perkembangan anak usia prasekolah, disamping itu juga dapat
menimbulkan kecemasan yang berlebihan sehingga menimbulkan berbagai tingkah
laku maladaptif yang dapat mengganggu proses
perawatan selama dirumah sakit
sehingga keakuratan hasil tidak bisa didapat. Hal ini diakibatkan karena anak dengan usia prasekolah
belum memiliki pemahaman yang sepadan, belum dapat berkomunikasi dengan tepat,
dan belum banyak pengalaman sosial yang dimiliki oleh anak-anak dengan usia sekolah.
Humor merupakan suatu instrumen sosial yang menyediakan suatu cara
yang efektif untuk mengurangi kesusahan psikologis (seperti: cemas, stress,
sedih), meningkatkan kesehatan mental, meningkatkan kreativitas dan kepribadian
serta meningkatkan hubungan, humor juga melindungi hubungan sosial ketika
berkomunikasi informasi negatif (Kurniawan, 2009), selain itu juga dapat
meningkatkan peredaran darah, mencegah penyakit dan memelihara kesehatan (Snyder, 1992). Humor dapat
menghasilkan tertawa yang dapat merangsang pengeluaran endorphine dan
serotonin, yaitu sejenis morfin alami tubuh dan juga metanonin. Ketiga zat ini
merupakan zat yang sangat bermanfaat bagi otak. Kalau tubuh dirangsang untuk
mengeluarkan zat-zat ini anak akan merasa lebih tenang, bahkan berperan sangat
penting bagi peningkatan daya tahan tubuh. Dan juga mampu menghilangkan stress,
rasa cemas, bingung, sedih, dan gelisah. Penelitian lain menurut Lee Berk dan dari Loma
Linda University School of Medicine di
California mendeteksi terjadinya penurunan secara nyata hormon stres
(yaitu hormon yang dilepaskan tubuh pada waktu seseorang mengalami stres) seperti
kortisol dan adrenalin, setelah peserta menonton film lucu sehingga pikiranpun
akan menjadi lebih tenang dan bahagia (Kurniawan, 2009). Banyak cara yang
digunakan dalam melaksanakan terapi humor yaitu seperti menonton film kartun,
parodi, lawakan, buku yang bersifat humor, boneka dengan cerita lucu, hingga
film komedi (Snyder, 1992). Diharapkan setelah
dilakukan terapi humor dapat menimbulkan respon yang menyenangkan sehingga
dapat menurunkan respon perilaku maladaptif pada anak usia prasekolah.
KONSEP TERAPI HUMOR
A.
Definisi
Humor
Humor didefinisikan sesuatu yang
bersifat menimbulkan atau menyebabkan pendengarnya (maupun pembawanya) merasa
tergelitik perasaannya, merasa lucu, sehingga terdorong untuk tertawa. Dengan
humor (tertawa) alami, bebas, lepas maka terjadi proses biologis dan psikologis
positif. Dalam banyak kasus humor mengurangi emosi negatif, membuat orang
senang, dan ketawa sehingga dapat membantu mengatasi rasa sakit menguatkan
kekebalan, humor bisa memicu pelepasan hormon endorphin. Pelepasan tegangan
emosional dengan bantuan humor membantu meningkatkan tingkat kenyamanan.
B.
Manfaat
Humor dan Tertawa
Respon fisiologis/hasil akhir dari
dari humor adalah tertawa. Tertawa mempunyai dampak psikologis tehadap tubuh
antara lain:
a.
Mengurangi stress
b. Meningkatkan kekebalan
c.. Mencegah penyakit
d. Menurunkan tekanan darah
tinggi.
C.
Macam
Terapi humor
Tingkat humor antara individu satu
dengan yang lain berbeda, perbedaan ini dikarenakan keunikan dari persepsi
masing-masing individu. Karakteristik
umum yang mungkin dapat menimbulkan respon humor, antara lain :
a. Keanehan
(incongruity)
Ketika stimulus menerima suatu
keadaan. Maka keanehan ini akan menjadi sebuah reseptor humor. Pengalaman yang
aneh ini membuat respon yang lucu dan menggelikan.
b. Sesuatu
yang tidak terduga (The unexpected future)
Sesuatu yang mengejutkan dapat
menimbulkan respon humor ketika kenyataan yang diharapkan digantikan oleh
sesuatu yang tidak diinginkan. Kejadian
yang tidak diharapkan atau diduga dapat menimbulkan respon humor dan biasanya
dijadikan bahan sebuah lelucon atau guyonan.
c. Kejutan
(being starled)
Sesuatu yang mengejutkan dapat
menimbulkan respon humor. Stimulasi ini diterima dengan cepat tetapi tidak
dirasakan sebagai ancaman.
d. Heran
serta menyenangkan
Terapi yang dapat membuat respon
humor salah satunya adalah pemberian sesuatu yang mengagetkan/mengherankan dan
menyenangkan. Ketika sedikit heran atau tertipu, pengalaman akan menghasilkan
perasaan menyenangkan.
Terapi akan
merangsang reaksi seseorang. Reaksi tersebut adalah kognitif (kelucuan),
emosional (kesenangan), fisiologis (tertawa) atau kombinasi dari semua ekspresi
(Sultanoff, 1998). Tertawa ini terjadi apabila kita menerima rangsangan yang
menyenangkan. Tertawa bisa meningkatkan jumlah sel-sel yang bertugas melawan
infeksi yang disebut sel T yaitu protein yang bertugas melawan penyakit yang
disebut β interferon dan sel B yang berfungsi memproduksi antibody penghancur
penyakit. Tertawa atau humor juga meningkatkan kerja system pernapasan,
penggunaan oksigen, dan detak jantung. Membantu menstimulasi peredaran darah,
membawa cairan limfatik sehat menuju sel-sel tubuh yang berpenyakit dan bisa
menurunkan tekanan darah.
D.
Media
yang Digunakan untuk Terapi Humor
Terapi humor dapat diberikan dalam bentuk berbagai media VCD (video
lucu/lawak), majalah, televise atau tidak menggunakan peralatan sama sama
sekali, yaitu dengan saling berbagi cerita lucu dengan orang lain.