2.1. TUMOR LARING
Tumor laring dibagi menjadi 2 yaitu tumor jinak laring dan tumor ganas laring
Tumor jinak laring
Etiologi
Tumor jinak laring diduga disebabkan oleh virus
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari tumor jinak laring yaitu, Suara parau, batuk dan bila telah menutup rima glotis maka timbul sesak nafas dengan stridor.sedangkan manifestasi klinis yang terjadi pada tumor ganas laring yaitu: suara parau yang diderita cukup lama, tidak hilang timbul, makin lama makin berat. Kadang terdapat hemoptisis. Sesak nafas akibatnya tertutupnya jalan nafas oleh tumor, batuk dengan riak bercampur darah, dan penurunan berat badan.
Penatalaksanaan
Ekstirpasi papiloma dengan bedah mikro atau sinar laser, tetapi kausal belum dilakukan karena etiologinya belum pasti. Juga diberikan vaksin dari massa tumor, obat anti virus , hormone, kalsium atau ID metioni. Radioterapi tidak dianjurkan karena dapat berubah menjadi ganas.
Prognosis
Sering berulang. Pada pasien dewasa dengan riwayat merokok dan papiloma berulang dapat berubah menjadi ganas, meskipun tidak pernah menjalani radiasi.
Tumor ganas laring
Etiologi
Tumor ganas laring belum diketahui pasti penyebabnya.
Manifestasi klinis
Dari pemerikasaan fisik tidak ada gejala khas pada stadium dini, tetapi penjalaran kekelenjar limfe leher akan memperlihatkan perubahan kontur leher dan hilangnya krepitasi tulang- tulang rawan laring. Dengan laringoskop langsung atau tak langsung dapat dinilai lokasi tumor, penyebaran, dan dilakukan biopsi. Factor predisposisi: rokok, alcohol, dan paparan sinar radioaktif.
Penatalaksanaan
Hasil pemeriksaan akan menentukan diagnosis dan stadium tumor berdasarkan Union Internasional Contre le Cancer( UICC ) untuk menetukan tindakan pengulangan. Stadium 2 dan 3 untuk operasi, dan stadium 4 operasi dengan rekonstruksi atau radiasi. Jenis pembedahanya adalah laryngektomi totalis atau parsial, disertai diseksi leher radikal bila terdapat penjalaran ke kelenjar limfe leher. Pemakaian sitostatika belum memuaskan karena mahal dan tidak dapat diselesaikan karena keadaan umumnya memburuk.
Akibat laringektomi, pasien menjadi afoni dan bernafas melalui stoma permanent dileher. Sehingga perlu dilakukan rehabilitasi umum. Melalui sosialisasi dan kemandirian, dan khusus, berupa rehabilitasi suara.
Prognosis
Dengan pengelolaan yang tepat, cepat, radikal, tumor ini mempunyai prognosis paling baik diantara tumor daerah traktus aerodigestifus
2.2. TRAKEOSTOMI
Definisi
Trakeostomi adalah prosedur dimana dibuat lubang kedalam trakea. Ketika selang indwelling dimasukkan kedalam trakea, maka istilah trakeostomi di gunakan. Trakeostomi dapat menetap atau permanent.
Trakeostomi dilakukan untuk memintas suatu obstuksi jalan nafas atas, untuk membuang sekresi trakeobronkial, untuk memungkinkan penggunaan ventilasi mekanis jangka panjang, untuk mencegah aspirasi sekresi oral atau lambung pada pasien tidak sadar atau paralise (dengan menutu trakea dari esophagus), dan untuk mengganti selang endotrakea ada banyak proses penyakit dan kondisi kedaruratan yang membuat trakeostomi diperlukan
Anatomi
Trakea merupakan tabung berongga yang disokong oleh cincin kartilago. Trakea berawal dari kartilago krikoid yang berbentuk cincin stempel dan meluas ke anterior pada esofagus, turun ke dalam thoraks di mana ia membelah menjadi dua bronkus utama pada karina. Pembuluh darah besar pada leher berjalan sejajar dengan trakea di sebelah lateral dan terbungkus dalam selubung karotis. Kelenjar tiroid terletak di atas trakea di setelah depan dan lateral. Ismuth melintas trakea di sebelah anterior, biasanya setinggi cincin trakea kedua hingga kelima. Saraf laringeus rekuren terletak pada sulkus trakeoesofagus. Di bawah jaringan subkutan dan menutupi trakea di bagian depan adalah otot-otot supra sternal yang melekat pada kartilago tiroid dan hioid.2
Indikasi trakeostomi
Indikasi trakeostomi termasuk sumbatan mekanis pada jalan nafas dangangguan non obstruksi yang mengubah ventilasi.Gejala-gejala yang mengindikasikan adanya obstruksi pada jalan nafas;1,2
1. timbulnya dispneu dan stridor eskpirasi yang khas pada obstruksi setinggi atau di bawah rima glotis terjadinya retraksi pada insisura suprasternal dan supraklavikular.
2. Pasien tampak pucat atau sianotik
3. disfagia
4. pada anak-anak akan tampak gelisah
Gangguan yang mengindikasikan perlunya trakeostomi;1,2,4
1. terjadinya obstruksi jalan nafas atas sekret pada bronkus yang tidak dapat dikeluarkan secara fisiologis, misalnya pada pasien dalam keadaan koma.
2. untuk memasang alat bantu pernafasan (respirator). apabila terdapat benda asing di subglotis. penyakit inflamasi yang menyumbat jalan nafas ( misal angina ludwig), epiglotitis dan lesi vaskuler, neoplastik atau traumatik yang timbul melalui mekanisme serupa
3. mengurangi ruang rugi (dead air space) di saluran nafas atas seperti rongga mulut, sekitar lidah dan faring. Hal ini sangat berguna pada pasien dengan kerusakan paru, yang kapasitas vitalnya berkurang.Indikasi lain yaitu:4
• Cedera parah pada wajah dan leher
• Setelah pembedahan wajah dan leher
• Hilangnya refleks laring dan ketidakmampuan untuk menelan sehingga mengakibatkan resiko tinggi terjadinya aspirasi
Prosedur
Posedur trakeostomi biasanya dilakukan diruang operasi atau di unit perawatan intensif dimana ventilasi pasien dapat dikontrol dengan baik dan tehnik aseptic yang optimal dapat dipertahankan. Suatu lubang dibuat pada cincin trakea kedua dan ketiga. Setela trakea terpajan, selang trakeostomi balon dengan ukuran yang sesuai dimasukkan.
Selang trakeostomi dipasang di tempatnya dengan plaster pengencang mengelilingi leher pasien. Biasanya, kassa segi empat steril diletakkan di antara selang dan kulit untuk menyerap drainase dan mencegah infeksi.
Teknik Trakeostomi : Pasien tidur terlentang, bahu diganjal dengan bantalan kecil sehingga memudahkan kepala untuk diekstensikan pada persendian atalantooksipital. Dengan posisi seperti ini leher akan lurus dan trakea akan terletak di garis median dekat permukaan leher. Kulit leher dibersihkan sesuai dengan prinsip aseptik dan antiseptik dan ditutup dengan kain steril. Obat anestetikum disuntikkan di pertengahan krikoid dengan fossa suprasternal secara infiltrasi. Sayatan kulit dapat vertikal di garis tengah leher mulai dari bawah krikoid sampai fosa suprasternal atau jika membuat sayatan horizontal dilakukan pada pertengahan jarak antara kartilago krikoid dengan fosa suprasternal atau kira-kira dua jari dari bawah krikoid orang dewasa. Sayatan jangan terlalu sempit, dibuat kira-kira lima sentimeter.1
Dengan gunting panjang yang tumpul kulit serta jaringan di bawahnya dipisahkan lapis demi lapis dan ditarik ke lateral dengan pengait tumpul sampai tampak trakea yang berupa pipa dengan susunan cincin tulang rawan yang berwarna putih. Bila lapisan ini dan jaringan di bawahnya dibuka tepat di tengah maka trakea ini mudah ditemukan. Pembuluh darah yang tampak ditarik lateral. Ismuth tiroid yang ditemukan ditarik ke atas supaya cincin trakea jelas terlihat. Jika tidak mungkin, ismuth tiroid diklem pada dua tempat dan dipotong ditengahnya. Sebelum klem ini dilepaskan ismuth tiroid diikat keda tepinya dan disisihkan ke lateral. Perdarahan dihentikan dan jika perlu diikat. Lakukan aspirasi dengan cara menusukkan jarum pada membran antara cincin trakea dan akan terasa ringan waktu ditarik. Buat stoma dengan memotong cincin trakea ke tiga dengan gunting yang tajam. Kemudian pasang kanul trakea dengan ukuran yang sesuai. Kanul difiksasi dengan tali pada leher pasien dan luka operasi ditutup dengan kasa.1
Untuk menghindari terjadinya komplikasi perlu diperhatikan insisi kulit jangan terlalu pendek agar tidak sukar mencari trakea dan mencegah terjadinya emfisema kulit. 1
Pembagian Trakeostomi
Menurut lama penggunaannya, trakeosomi dibagi menjadi penggunaan permanen dan dan penggunaan sementara, sedangkan menurut letak insisinya, trakeostomi dibedakan letak yang tinggi dan letak yang rendah dan batas letak ini adalah cincin trakea ke tiga. Jika dibagi menurut waktu dilakukannya tindakan, maka trakeostomi dibagi dalam trakeostomi darurat dan segera dengan persiapan sarana sangat kurang dan trakeostomi berencana (persiapan sarana cukup) dan dapat dilakukan secara baik.1,3
Jenis Tindakan Trakeostomi
1. Surgical trakeostomy
Tipe ini dapat sementara dan permanen dan dilakukan di dalam ruang operasi. Insisi dibuat diantara cincin trakea kedua dan ketiga sepanjang 4-5 cm.
2. Percutaneous Tracheostomy
Tipe ini hanya bersifat sementara dan dilakukan pada unit gawat darurat. Dilakukan pembuatan lubang diantara cincing trakea satu dan dua atau dua dan tiga. Karena lubang yang dibuat lebih kecil, maka penyembuhan lukanya akan lebih cepat dan tidak meninggalkan scar. Selain itu, kejadian timbulnya infeksi juga jauh lebih kecil.
3. Mini tracheostomy
Dilakukan insisi pada pertengahan membran krikotiroid dan trakeostomi mini ini dimasukan menggunakan kawat dan dilator.
Jenis Pipa Trakeostomi
1. Cuffed Tubes
Selang dilengkapi dengan balon yang dapat diatur sehingga memperkecil risiko timbulnya aspirasi
2. Uncuffed Tubes
Digunakan pada tindakan trakeostomi dengan penderita yang tidak mempunyai risiko aspirasi
3. Trakeostomi dua cabang (dengan kanul dalam)
Dua bagian trakeostomi ini dapat dikembangkan dan dikempiskan sehingga kanul dalam dapat dibersihkan dan diganti untuk mencegah terjadi obstruksi.
4. Silver Negus Tubes
Terdiri dua bagian pipa yang digunakan untuk trakeostomi jangka panjang. Tidak perlu terlalu sering dibersihkan dan penderita dapat merawat sendiri.
5. Fenestrated Tubes
Trakeostomi ini mempunyai bagian yang terbuka di sebelah posteriornya, sehingga penderita masih tetap merasa bernafas melewati hidungnya. Selain itu, bagian terbuka ini memungkinkan penderita untuk dapat berbicara
Komplikasi
Komplikasi dapata terjadi dini atau lanjut dalam perjalanan penatalaksanaan selang trakeostomi. Komplikasi bahkan dapat terjadi bertahun-tahun setelah selang trakeostomi dilepas. Komplikasi dini yang terjadi segera setelah trakeostomi dilakukan mencakup perdarahan, pneumotoraks, embolisme udara, aspirasi, emfisema subkutan atau mediastinum, kerusakan saraf laring kambuhan, atau penetrasi dinding trakea posteror.
Komplikasi jangka panjang termasuk obstruksi jalan nafas akibat akumulasi sekresi di atas lubang selang, infeksi, rupture arteri inominata, disfagia,fistula trakeoesafagus, dilatasi trakea, atau iskemia trakea, dan nekrosis. Stenosis trakea dapat terjadi setelah selang dilepaskan.
Perawatan trakeostomi
Pengisapan trakea ( selang trakeostomi atau endotrakea ). Saat selang trakeostomi atau endotrakea terpasang, biasanya diperlukan pengisapan sekresi pasien karena keefektifan mekanisme batuk menurun. Pengisapan trakea dilakukan ketika bunyi nafas tambahan terdeteksi atau ketika terdapat sangat banyak sekresi. Pengisapan yang tidak diperlukan menyebabkan broncospasme dan menyebabkan trauma pada mukosa trakea.
Semua peralatan yang kontak langsung dengan jalan nafas bawah pasien harus steril untuk mencegah infeksi paru dan sistemik yang membahayakan.
Penatalaksanaan balon. Sebagai aturan umum, balon pada selang endotrakea atau trakeostomi harus mengembang. Tekanan didalam balon harus serendah mungkin sehingga memungkinkan pengiriman volume tindal yang adekuat dan mencegah aspirasi pulmonal. Biasanya tekanan dipertahankan dibawah 25 cm H2O untuk mencegah cedera dan diatas 20 cm H2O untuk mencegah aspirasi. Tekanan cuff harus dipantau sedikitnya 8 jam dengan menempelkan diameter tekanan genggam pada pilot balon sedang atau melakukan teknik penggunaan volume kebocoran minimal atau volume oklusi minimal. Dengan intubasi jangka panjang, tekanan yang paling tinggi diperlukan untuk mempertahnkan penutupan yang adekuat.
Perawatan pasien dengan trakeostomi:
Cuff Trakeostomi Rasional
1. Selang balon (udara dimsukkan kedalam cuff) diperlukan selam ventilasi mekanis yang sama Tuuan dari penggunaan selang balon adalah untuk mencegah kebocoran udara selama ventilasi tekanan positif dan untuk mencegah aspirasi trakea dan kandungan lambung. Seal yang adekuat dibutuhkan karma kebocoran dari mulut atau trakeostomi yang tidak tampak atau halus, bunyi gurgling udara yang dating dari tenggorokan yang tidak tampak
2. Cuff tekanan rendah Cuff tekanan rendah mengeluarkan tekanan minimal pada mukosa trakea dan dengan demikian mengurang bahaya ulserasi trakea dan striktura.
Selang trakeostomi dan perawatan kulit
• Inspeksi balutan trakeostomi terhadap kelembaban atau drainage Balutan trakeostomi diganti sesuai kebutuhan untuk menjaga kulit tetap bersih dan kering. Janganbiarkan balutan basah tetap terpasang di atas kuli
• Cuci tangan Pencucian tangan mengurangi bakteri pada tangan
• Jelaskan prosedur pada pasien Pasien dengan trakeostomi tampak gelisah, membutuhkan penenangan dan perhatian teru-menerus
• Kenakan sarung tangan, lepas balutan yang basah dan buang Dengan mengamati isolasi subtansi tubuh dengan balutan yang terkontaminasi mengurangi kontaminai silang
• Siapkan peralatang steril, termasuk hydrogen peroksida, normal salin, aplikator berujung kapas, balutan. Dengan menyiapkan bahan dan alat yang diperlukan memungkinkan prosedur diselesaikan dengan efektif.
• Kenakan sarung tangan steril Meminimalkan flora permukaan pada saluran pernafasan yang steril
• Bersihkan luka dan lempeng trakeostomi dengan aplikatos steril yang dibasahi dengan hydrogen peroksida. Bilas dengan salin steril Hydrogen peroksida efektif untuk mencairkan sekresi yang mengering. Pembilasan mengurangi residu kulit
• Gunakan salep bakteriostatik pada pinggiran luka trakeostomi jika diresepkan Memberikan perlindungan bakteristatik topical
• Jika tali yang lama telah basah, letakkan tali twill dalam posisinya untuk mengamankan selang trakeostomi. Masukkan satu ujng tali melalui lubang samping kanula terluar. Lingkarkan tali tersebut sekeliling leher pasien dan ikatkan tali tersebut melalui lubang yang berlawanan dari kanula terluas. Kumpulkan kedua ujungnya sehingga keduanya berytemu pada satu sisi leher. Amankan dengan simpulan. Kencangkan hanya sampai dua jari yang dapat menyusup diantara tali tersebut. Ini akan menambah ketebalan ganda pada tali sekitar leher. Selang trakeostomi dapat terlepas dengan gerakan atau batuk yang dibiarkan tidak diikat. Akan sulit untuk memasukkan untuk memasukkan selang trakeostomi kembali, dan gawat panas dapat terjadi jika selang trakeostomi terlepas.
Lepaskan tali yang lama dan buang
• Gunakan balutan trakeostomi steril, dan paskan dengan baik dibawah tali twill dan flagel selang trakeostomi sehingga insisi tertutup Balutan yang dapat terlepas-lepas benangnya tidak digunakan di sekitar trakeostomi karena bahaya dari material, kain tiras yang dapat masuk kedalam trakea, sehingga menyebabkan obstruksi. Balutan khusus yang tidak mempunyai kecenderungan terlepas-lepas benagnya digunakan untuk keperluan ini.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Tumor laring dibagi menjadi 2 yaitu jinak dan ganas.yang jinak disebabkan oleh virus sering berulang pada pasien yang merokok dan papiloma berulang dapat berubah menjadi ganas, meskipun tidak pernah menjalani radiasi. Sedangkan tumor ganas laring penyebabnya belum diketahui secara pasti. Factor predisposisi: rokok, alcohol, paparan sinar radioaktif. Dengan pengelolaan yang cepat, tepat, dan radikal. Tumor ini mempunyai prognosis paling unik diantara tumor daerah traktus aerodigestivus.
Trakeostomi merupakan prosedur dimana dibuat lubang kedalam trakea. dilakukan untuk memintas suatu obstuksi jalan nafas atas, untuk membuang sekresi trakeobronkial. Menurut lama penggunaannya, trakeosomi dibagi menjadi penggunaan permanen dan dan penggunaan sementara.
Saran
Pada tindakan dilakukannya trakeostomi salah satu keadaan indikasinya adalah tumor laring/faring, dalam makalah ini terdapat penjelasan singkat tentang keduanya. Dengan membaca makalah ini and adapt mengetahui tentang tumor laring dan tindakan trakeostomi.
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arif,DKK, 2001, Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta : Media Aesculapius.
Suddart & Brunner, 2001, Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta : EGC.
Partanto,Pius.1994 , Kamus Ilmiah Populer, Surabaya : Arkola
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar